Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengacara Asal Jambi Ini Pernah Dibayar dengan Sayuran dan Ayam

Mengenai risiko yang dihadapi, ancaman fisik ia anggap biasa, bahkan pernah dikejar orang pakai parang.

Editor: Wahid Nurdin
zoom-in Pengacara Asal Jambi Ini Pernah Dibayar dengan Sayuran dan Ayam
TRIBUN JAMBI/HERI PRIHARTONO
Abadi B Darmo 

Laporan wartawan Tribun Jambi, Heri Prihartono

TRIBUNNEWS.COM, JAMBI  -  Advokat dalam KBBI diartikan sebagai ahli hukum yang berwenang sebagai penasihat atau pembela perkara dalam pengadilan.

Profesi yang berkaitan erat dengan hukum ini menarik, sebab advokat tak hanya dituntut mampu membantu kliennya, namun juga menghadirkan keadilan sesuai perundang-undangan.

Aula Pengadilan Tinggi Jambi Kamis (26/11/2015) dipenuhui ratusan advokat.

Mereka bukan sedang berdemo, tapi para pengacara Jambi tersebut berkumpul untuk pengambilan sumpah advokat dari Kongres Advokat Indonesia (KAI).

Di sela-sela acara, Tribun menjumpai cerita menarik yang dialami Abadi B Darmo, satu diantara advokat yang ada saat itu.

Ia menjadi advokat sedari tahun 1985.

Berita Rekomendasi

Menurut dia, tantangan seorang advokat seperti dirinya bila bertemu dengan orang asing.

Maklum saja, karena itu membuatnya dituntut menguasai bahasa asing, hingga akhirnya mau tak mau ia harus belajar bahasa asing.

Ia punya pengalaman, saat membantu klien yang tidak mampu.

Saat itu ia diberi imbalan seikhlasnya berupa sayuran dan buah-buahan bahkan diberi ayam.

Namun menurutnya yang menjadi tantangan adalah kepuasan batin, apalagi klien selalu mengingatnya.

"Apalagi kalau kita baik dengan penegak hukum lain kita banyak kenal orang," ujar dosen Unbari ini.

Cerita lain datang dari Ihsan Hasibuan yang hampir 20 tahun berkarier sebagai advokat. Ia juga pernah membantu klien yang tidak mampu.

"Penanganannya yang bayar dan gak bayar ya sama, paling enggak ya kita subsidi silang," ujarnya.

Dia bilang kalau ingin jadi advokat kaya baiknya jangan di Jambi, istilah ini menarik menurutnya.

Terlebih klien yang diberi konsultasi gratis menolak, apalagi bila berbayar.

Mengenai risiko yang dihadapi, ancaman fisik ia anggap biasa, bahkan pernah dikejar orang pakai parang.

Namun karena hal tersebut sudah menjadi risiko, ia pun semakin mawas diri.

"Teror dulu sama sekarang ya sama hanya saja untuk saat ini lebih halus. Kasus yang berujung teror selain pembunuhan dan yang paling sering masalah tanah," ujarnya.

Sumber: Tribun Jambi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas