Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Petani Kopi Muaradua Gigit Jari, Buah Selang Rontok

Bulan November hingga Desember biasanya para petani memanen buah kopi selang (diluar panen raya).

Editor: Sugiyarto
zoom-in Petani Kopi Muaradua Gigit Jari, Buah Selang Rontok
TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI
ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, MUARADUA-- Bulan November hingga Desember biasanya para petani memanen buah kopi selang (diluar panen raya).

Namun, untuk tahun ini para petani tidak menikmati hal demikian dan terpaksa gigit jari.

Pasalnya, buah kopi selang yang diharapkan petani saat memasuki musim pecaklik ini, telah rontok akibat musim kemarau yang panjang beberpa bulan lalu.

Marzuki (31), petani kopi asal Kecamatan Buay Pemaca, mengatakan jika saat awal musim panen pada bulan Mei - Agustus lalu, tanaman kopi warga sempat berbunga untuk harapan warga pada saat panen selang.

"Dulu kan saat awal musim panen sempat berbunga pohon kopi ini. Tetapi, karena musim kemarau terlalu lama, akhirnya kering dan menghitam kemudian tidak menjadi buah," katanya dibincangi Sripoku.com, Jum'at (27/11/2015).

Menurutnya, akibat dari peristiwa tersebut, petani tidak bisa melakukan panen selang pada akhir tahun ini.

"Apa yang mau dipanen kalu sudah kering seperti ini," katanya seraya menyebutkan biasanya musim panen selang tersebut masih mampu menghasilkan 50 kg - 1,5 kwintal kopi dalam setiap hektarnya.

Berita Rekomendasi

Petani lainnya, Iliyas, juga menuturkan panen kopi selang tahun ini sangatlah merosot dibandingkan tahun - tahun sebelumnya.

Padahal, biasanya hasil panen kopi selang cukup membantu untuk memenuhi kebutuhan saat menjelang musim pecaklik antara bulan Desember - Maret.

"Buahnya sudah sedikit, harganyapun berbeda dengan saat panen raya. Saat ini kalu kopi selang dihargai Rp 17 ribu/ kilogramnya," katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan, akibat kemarau panjang beberapa bulan lalu membuat para petani kopi memperdeksi jika hasil musim mendatang akan mengalami penurunan.

"Bagaimana tidak menurun musim mendatang, kalau dahan - dahannya banyak yang mati," tambahnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) OKU Selatan Makmun Ssos, mengatakan jika kemarau panjang yang melanda dikawasan Sumatera bagian selatan beberapa bulan yang lalu telah mebuat sejumlah tumbuhan banyak yang rusak dan mati.

"Memang ada sebagian tanaman seperti kopi, duku dan lada banyak rusak dan mati. Tentu akan mempengaruh hasil panen akibat musibah kemarau yang cukup lama itu. Bukan saja di OKU selatan, akan tetapi ditempat lain juga sama," katanya.

Ditambahkan Makmun, saat ini jumlah luas lahan pertanian kopi di OKU Selatan mencapai ± 70 ribu hektare yang tersebar dibeberapa kecamatan seperti di Buay Pemaca, Sungai Are, Mekakau dan Muaradua Kisam dan kecamatan lainnya.

"Lahan perkebunan kopi di wilayah kita cukup luas. Dan dapat dikatakan penyumbang pengasil kopi terbesar di Sumsel," jelasnya.

Sumber: Sriwijaya Post
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas