Penghuni Rumah Gafatar Awalnya Mengaku Sebagai Mahasiswa
Namun dia sempat heran walaupun mengaku sebagai mahasswa tapi mereka justru rajin membersihkan kebun dan bercocok tanam di kebun
Penulis: Khaerur Reza
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Reporter Tribun Jogja, Khaerur Reza
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Dwi Sutarmanto, Ketua RT2 RW1 Kadisoka Purwomartani Kalasan Sleman, tempat beradanya rumah yang diduga sebelumnya ditempati Organisasi Gafatar, menceritakan awalnya dua orang mendatanginya untuk menempati rumah tersebut.
Bahkan keduanya sempat meninggalkan scan kartu identitas dan nomer telepon dan mengaku sebagai mahasiswa.
"Awalnya cuma orang dua, makin lama makin penuh," ujar Dwi ketika ditemui di kediamannya Senin (11/1/2015).
Namun dia sempat heran walaupun mengaku sebagai mahasuswa tapi mereka justru rajin membersihkan kebun dan bercocok tanam di kebun yang ada di bagian belakang rumah.
Namun begitu mereka juga sempat mengaku berasal dari Organisasi Gafatar bahkan sempat memberikan sebuah majalah bernama Suara Fajar yang merangkum kegiatan sosial yang dilakukan organisasi tersebut.
Dua orang yang mendaftar kepadanya mengaku bernama Sutanto yang terdaftar sebagai warga Gading Gunungkidul serta Dedy Setyawan warga Kauman Timur Cawas Klaten.
Dalam scan kartu identitas tersebut juga tertera nomor telepon yang bisa dihubungi, namun ketika dihubungi hanya salah satu nomor yang bisa tersambung itupun tidak ada jawaban.
"Mereka datang baik-baik bahkan mengatakan kalau ada pertemuan warga minta diundang, tapi tidak pernah saya undang takutnya malah jadi macem-macem," ujarnya.
Dirinya sendiri tidak begitu mengetahui kesehariannya karena rumahnya yang cukup jauh dari rumah tersebut, namun dari laporan warga memang selalu ramai dengan banyak orang.
Walaupun begitu karena tidak ada laporan ketidaknyamanan dari warga maka kegiatan mereka dibiarkan saja.
Dia juga tidak mengetahui kapan orang-orang tersebut mulai meninggalkan rumahnya karena tidak ada laporan saat mereka pergi.
"Tidak ada laporan atau pamit pas mereka pergi," tambahnya.