'Dikasih Harga Rp 2.000 Dapat Tiga Gorengan Saja Ada yang Protes'
Berjualan gorengan, bagi Agus merupakan usaha yang bisa menghidupi keluarganya selama ini.
Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Dewi Agustina
"Ada juga yang Rp 8 ribu per kilogramnya. Tergantung jenisnya. Kan ada yang kualitas bagus dan ada yang kualitas rendah. Kalau saya pakai yang kualitas medium. Harganya Rp 10 ribu per kilogramnya," ujar Agus.
Namun Agus sebagai pengguna tak mengetahui jika peredaran minyak goreng curah bakal dihilangkan pada 27 Maret 2016.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 80 Tahun 2014 tentang pelarangan perdagangan minyak goreng sawit curah.
Ia belum pernah mendengarkan permendagri tersebut selama membeli minyak goreng curah.
"Kalau saya ada yang mengantarkan. Tidak beli ke pasar. Karena memang sudah langganan. Kalau tokonya di sekitar Pasar Caringin," ujar Agus.
Agus pun berpendapat, pemerintah harus memiliki solusi yang mendukung usaha kecil menengah (UKM) sepertinya jika peredaran minyak goreng curah dilarang.
Menurutnya, pemerintah harus mengeluarkan produk minyak goreng kemasan yang harganya terjangkau para pelaku UKM. Sebab ia merasa keberatan jika harga sama dengan minyak goreng kemasan yang ada saat ini.
"Jelas modal bertambah banyak. Sekarang kalau minyak goreng kemasan itu kan isinya 1 liter atau sekitar 0,8 kilogram. Harga minyak goreng kemasan itu Rp 13 ribu per liter. Selisihnya memang Rp 1.000 sampai Rp 2.000. Tapi itu berharga sekali karena kami kan belinya tidak satu liter saja," ujar Agus.
Kendati begitu, Agus hanya bisa pasrah dengan keputusan pemerintah tersebut. Menurutnya, jangan sampai keputusan tersebut justru mematikan usaha rakyat kecil. Apalagi harga kebutuhan bahan pokok saat ini tidak stabil.
"Jangan sampai rakyat kecil disikatin terus sementara yang di atas ketawa-ketawa," kata Agus. (cis)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.