Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Akses Transportasi Menjadi Permasalahan Utama Pendidikan di Sumsel

Ini yang harus dipikirkan oleh pemerintah daerah kabupaten dan harus mendapat dukungan dari pemerintah provinsi.

Penulis: Beben Syah
Editor: Wahid Nurdin
zoom-in Akses Transportasi Menjadi Permasalahan Utama Pendidikan di Sumsel
TRIBUN SUMSEL/M SYAH BENI
Anak-anak di perkampungan nelayan di Sungai Rulu, Desa Juru Taro, Keamatan Muara Sugihan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan 

Laporan Wartawan Tribun Sumsel, M Syah Beni

TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG  -  Ketua Dewan Pendidikan Nasional Sumatera Selatan, Prof Sirozi menyayangkan masih adanya masyarakat buta aksara.

Menurutnya, semestinya dari perspektif program sekolah gratis sudah tidak ada lagi anak-anak yang buta baca tulis.

Sebab program ini sangat tidak terbatas, berlaku menyeluruh sampai ke seluruh pelosok tanah air.

"Pendidikan di Indonesia itu selain ada permasalahan umum, ada juga persoalan spesifik . Seperti yang terjadi di daerah perairan Banyuasin. Persoalan utama ada pada akses. Sedangkan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) hanya menyelesaikan persoalan secara umum," ujarnya saat menanggapi adanya warga perairan di Banyuasin yang buta aksara, Rabu, (27/1/2016).

Lanjutnya, masalah utama terdapat pada geografis wilayah yang sulit diakses.

Ini yang harus dipikirkan oleh pemerintah daerah kabupaten dan harus mendapat dukungan dari pemerintah provinsi.

Berita Rekomendasi

Untuk membangun sekolah di daerah pinggiran itu memang tidak efektif. Jumlah anak-anaknya juga tidak seberapa.

"Maka dalam beberapa diskusi dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas Pendidikan selalu disampaikan perlunya membangun sekolah berasrama," terangnya

Menurutnya, itu solusi yang efektif, sehingga siswa tidak harus tiap hari bolak-balik melalui jalur yang sulit diakses. Bisa seminggu sekali atau sebulan sekali pulang ke rumah.

Solusi kedua yang pernah ia usulkan ialah pembentukan tenaga sarjana pendamping pendidikan.

Perlu direkrut alumnus perguruan tinggi, dilatih, lalu ditempatkan di daerah yang terpencil. Penugasan bisa tiap tiga bulan atau enam bulan, bergantian selama periode tertentu.

Tugas sarjana ini memberikan kesadaran dan pemahaman kepada orangtua dan anak bahwa pentingnya pendidikan.

Kita tahu, tidak semua orang sadar bahwa pendidikan itu adalah penting.

Selama ini ada yang menganggap pendidikan tidak perlu karena nantinya juga akan cari kerja. Padahalan pendidikan adalah bagian dari investasi masa depan.

"Setelah kesadaran itu muncul, jangan sampai bingung mau sekolah di mana. Makanya perlu dibuat sekolah berasrama. Program ini harus berjalan beriringan," ujarnya

Diberitakan sebelumnya, tidak adanya sekolah di perkampungan nelayan di Sungai Rulu, Desa Juru Taro, Keamatan Muara Sugihan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan membuat warganya membuat banyak anak-anak bahkan warga asli kampung nelayan mengalami buta aksara.(*)

Sumber: Tribun Sumsel
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas