600 Ton Sawit di Aceh Singkil Terancam Busuk
Dua kecamatan tersebut dikenal sebagai penghasil kelapa sawit dengan produksi rata-rata 200 ton per hari.
Editor: Wahid Nurdin

TRIBUNNEWS.COM, SINGKIL - Ratusan ton sawit milik warga Kecamatan Singkohor dan Kota Baharu, Kabupaten Aceh Singkil, terancam busuk.
Hal itu menyusul ambruknya empat jembatan penghubung antarwilayah akibat banjir bandang tiga hari lalu.
Dua kecamatan tersebut dikenal sebagai penghasil kelapa sawit dengan produksi rata-rata 200 ton per hari.
Dalam tiga hari terakhir pascabanjir sudah ada 600 ton sawit tak bisa diangkut untuk dijual ke pabrik kelapa sawit yang ada di luar wilayah itu.
Bila perbaikan jembatan tidak segera dilakukan, maka kerugian akibat banjir akan bertambah besar.
Kondisi itu juga memukul perekonomian warga setempat yang mayoritas menggantungkan hidup dari kelapa sawit.
Camat Singkohor, Zulhelmi, Selasa (2/2/2016) mengatakan, berdasarkan perhitungan kasar produksi tandan buah segar kelapa sawit (TBS) masyarakat di wilayah itu mencapai 150 ton per hari.
Jika ditambah dengan Kecamatan Kota Baharu, maka jumlahnya bisa mencapai 200 ton per hari.
“Produksi sawit di Singkohor dan Kota Baharu antara 150 sampai 200 ton per hari,” kata Zulhelmi.
Menurut Zulhelmi, pascamusibah banjir bandang warga kesulitan membawa hasil kelapa sawit menuju pabrik. Sebab jembatan yang ambruk akibat banjir tidak bisa dilalui kendaraan.
Memang, kata dia, lintas Singkohor-Kota Baharu sudah dibangun jembatan darurat tetapi tidak bisa dilalui kendaraan roda empat pengangkut kelapa sawit.
“Warga terpaksa melangsir sawit melewati jembatan dari mobil satu ke mobil yang menunggu di jembatan seberangnya. Tapi tidak semua bisa dilakukan karena ada jembatan yang sama sekali tidak bisa dilewati seperti menuju Desa Mukti Jaya,” jelas Zulhelmi.(serambi/de)