Masyarakat Riau Berlomba-lomba Ciptakan 'Desa Bebas Api'
Masyarakat Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau berlomba-lomba menciptakan desa bebas api tahun ini.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau berlomba-lomba menciptakan desa bebas api tahun ini.
Tomjon, Kepala Dersa Kuala Panduk, Kecamatan Teluk Meranti, menegaskan, pihaknya mengajak masyarakat desa untuk tidak lagi membakar hutan. Imbauan itu, kata Tomjon, terus ia gaungkan di acara-acara yang melibatkan masyarakat seperti, upacara pernikahan hingga acara rapat desa.
“Saya selalu bilang, membuka lahan dengan cara membakar hutan itu merupakan hal yang tidak benar. Untuk itu kami ingin menciptakan desa bebas api di tahun 2016 ini,” kata Tomjon, Selasa (3/2/2016).
Desa bebas api merupakan program yang diusung Asia Pacific Resources International Holdings Ltd (APRIL) untuk mengurangi kebakaran hutan yang terjadi di periode musim kemarau. Bagi desa yang bisa mempertahankan arealnya untuk tidak terbakar dalam satu periode musim kering, akan diberikan kompensasi sebesar Rp100 juta dalam bentuk program. Periode musim kering itu biasanya dimulai dari Februari hingga Oktober.
Tony Wenas selaku Indonesia Operations Managing Director APRIL mengatakan, pihaknya mencanangkan program desa bebas api pada tahun 2014. Saat itu yang ikut serta dalam program ini ada sekitar sembilan desa. “Sebelum adanya program ini, pada tahun 2013 ada sekitar 1.000 hektare desa yang terbakar akibat pembukaan lahan, pada tahun 2014 pembakaran hutan menurun menjadi 600 hektare,” jelas Tony.
Tony melanjutkan, pada 2016 program ini semakin dilebarkan menjadi 20 desa dengan tujuan agar semakin banyak desa yang mencanangkan bebas api. Ada beberapa pelatihan yang diberikan APRIL kepada aparatur desa dalam menyukseskan program ini. Pertama, masyarakat desa diberikan pemahaman agar tak membuka lahan hutan legal dengan cara dibakar.
“Untuk itu kami memberikan agriculture assistant, yakni pendampingan untuk agrikultur,” jelasnya. Pihak APRIL juga akan meminjamkan alat berat dan tenaga dalam membantu masyakat. “Tentunya kami tekankan, ini hanya untuk lahan hutan yang legal. Kalau yang ilegal kami tidak akan bantu,” tuturnya.
APRIL juga akan memasang alat monitor untuk memantau kualitas asap. Dari situ akan terlihat, apakah desa itu benar-benar bersih dari api dan asap.
Program desa bebas api diakui Tony mendapat pujian dari berbagai pihak. Ketika acara COP21 di Paris Desember lalu, banyak pihak yang ingin mengadopsi program ini.
“Banyak perusahaan-perusahaan yang ingin ikut serta dan membuat program ini di wilayah mereka. Sejauh ini sudah ada 100 desa yang tertarik,” ujarnya. Tony berharap, desa bebas api ini bisa menjadi gerakan nasional di seluruh Indonesia agar tak ada lagi kebakaran hutan.