'Hukuman Mati' Buat Buaya Lima Meter Pemangsa Samma: Kompol Risky Membidik di Kepala
Penangkaran buaya tidak mau memelihara buaya liar, apalagi membunuh manusia. Polisi memutuskan untuk menembak mati buaya.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom

TRIBUNNEWS.COM, TARAKAN - Buaya sepanjang lima meter dengan berat sekitar 150 kilogram, pada pukul 00.30 wita, Selasa (2/2/2016) dini hari, akhirnya mati.
Buaya pemangsa penjaga tambak bernama Samma itu ditembak sebanyak dua kali tepat di otaknya.
Buaya ditembak di tanah lapang yang berada di belakang eks-diskotik Nirwana Jalan Mulawarman.
Penembakan dilakukan Kabag Ops Polres Tarakan Kompol Risky Fara Shandy menggunakan senapan.
Risky secara cekatan membidik otak kepala buaya. Tembakan pertama buaya tersebut masih bergerak.
Melihat kondisi ini, Risky kembali mengeluarkan tembakan kedua.
Pada tembakan kedua inilah, buaya liar yang membuat geger masyarakat Tarakan itu benar-benar sudah tidak bergerak lagi.
Setelah memastikan buaya itu tidak bergerak lagi, akhirnya buaya dikubur dengan posisi terbalik.
Kapolres Tarakan AKBP Dani Hamdani melalui Kabag Ops Polres Tarakan Kompol Risky Fara Shandy mengungkapkan, pihaknya memutuskan untuk menembak buaya itu, setelah berkoordinasi dengan pihak penangkaran buaya di Tarakan.
Pasalnya penangkaran buaya tidak mau memelihara buaya liar, apalagi membunuh manusia.
"Oleh karena itu kita putuskan untuk ditembak. Namun sebelum ditembak, kami juga menanyakan kepada pihak keluarga, apakah buaya itu mau dibelah atau tidak. Tapi menurut keluarga tidak ada organ tubuh yang dimakan hanya sebagian si perut dan menyerahkan kepada kami dan akhirnya kami tembak karena buaya ini sangat liar," ungkap Risky.
Atas kejadian ini, Risky mengimbau kepada masyarakat, apabila menemukan buaya di daerah tambak sebaiknya diupayakan dibunuh di tempat tambak tersebut.
"Sebab habitat buaya memang berada di wilayah tambak tersebut dan bukan daerah perkotaan seperti ini. Apalagi kita tahu buaya ini juga satwa dilindungi," katanya.
Sementara itu, Muing salah satu keluarga Samma mengatakan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada kepolisian.
"Saya dapat informasi, buaya itu sudah dibunuh dan dikubur yah sudah. Namanya ini musibah siapapun tidak akan tahu," ujarnya.
Muing mengaku, istri Samma yang tinggal bersama empat orang anaknya di Pinrang Sulewesi Selatan (Sulsel) itu sangat sedih dan terpukul dengan kematian suaminya.
"Istrinya Samma menangis terus saat kami beritahu suaminya meninggal dunia digigit buaya," katanya.
Atas kejadian ini, Muing mengatakan, ia tetap akan bekerja ditambak, karena bekerja sebagai penjaga tambak itu pekerjan sehari-harinya.
"Yah kalau dibilang takut pastinya takut, tapi yah mau diapa. Kita percaya ajal seseorang sudah ditentukan oleh Allah SWT," ujarnya.