Laporan Wartawan Bangka Pos, Deddy Marjaya

TRIBUNNEWS.COM, BANGKA - Warga keturunan Tionghoa di Kabupaten Bangka, memaknai perayaan Imlek sangat mendalam, sehingga sehari sebelum perayaan mereka berdoa kepada leluhur.

Biasanya di depan rumah disediakan satu meja berisi jamuan. Tak lupa sejumlah kursi disediakan lambang mengundang para arwah leluhur untuk datang menikmati jamuan. Berbagai jenis makanan dan minuman disediakan.

Selanjutnya warga sembhayang dan berdoa di depan meja jamuan tersebut.

Seperti tampak di kediaman salah satu tokoh pemuda Bangka, Bambang Patijaya. Ia bersama keluarga besarnya berkumpul di kediaman orangtuanya, Jusman Ngui, di kawasan Kuday Sungailiat, Kabupaten Bangka, Minggu (7/2/2016).

Menurut Ketua KNPI Provinsi Kep Bangka Belitung itu, makan dari jamuan tersebut adalah kegembiraan yang dirasakan lalu dibagi bersama para leluhur di alam lain.

"Ini simbol bahwa kami masih menghormati dan tak melupakan leluhur makanya kita sediakan jamuan," kata Bambang Patijaya kepada Bangka Pos.

Usai kegiatan tersebut keluarga besar Bambang membakar berbagai pernak pernik dari kertas. Seperti baju, sepatu, uang dan lainnya yang terbuat dari kertas.

"Apa yang kita miliki saat perayaan Imlek kita juga kirimkan kepada arwah dengan simbol-simbol ini. Dengan terbakarnya barang-barang ini pertanda sudah sampai kepada mereka," imbuh Bambang.

Sebelumnya ia dan keluarga pergi ke klenteng berdoa bagi dewa pelindung.

"Waktu saya masih kecil sakit-sakitan, terus diberi dewa pelindung, jadi sembuh. Makanya saya berdoa dan sembahyang mengucapkan terima kasih semoga di tahun baru kembali dilindungi," imbuh dia.

Memang, satu hari sebelum perayaan Imlek bagi warga keturunan Tionghoa yang masih menjalankan Budha biasanya diisi berbagai kegiata ritual doa dan sembahyang hingga tengah malam saat pergantian tahun.