Zoya Minta Maaf Soal Bahan Baku Jilbab Bersertifikasi Halal
Produsen busana Muslim untuk kelas menengah, Zoya, menanggapi soal kontroversi bahan jilbab produksi mereka yang bersertifikasi halal.
Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Produsen busana Muslim untuk kelas menengah, Zoya, menanggapi soal kontroversi bahan jilbab produksi mereka yang bersertifikasi halal.
Creative Director Zoya, Sigit Endroyono, mengatakan pihaknya memohon maaf kepada khalayak mengenai konten iklan jilbab mereka tersebut. Ia mengatakan, tak ada maksud dari iklan itu untuk mengharamkan jilbab produk lain.
"Munculnya perbedaan yang pro dan kontra dan itu kami hargai. Untuk pendapat yang kontra tentunya kami sangat menghargai pendapat tersebut karena insya Allah pendapat itu akan baik pada akhirnya," ujar Sigit saat konferensi pers di InterContinental Hotel Bandung, Dago Pakar, Selasa (9/2/2016).
Sigit Endroyono, Creative Director Zoya (kanan), memberi keterangan kepada wartawan di InterContinental Hotel Bandung di Kawasan Dago Pakar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (9/2/2016) sore. Keterangan Sigit sekaligus meluruskan dan mengklarifikasi soal iklan jilbab yang bahannya bersertifikasi halal MUI. TRIBUN JABAR/TEUKU MUH GUCI S
Zoya telah menarik materi iklan yang dianggap memunculkan polemik di publik tersebut. Sigit memastikan Zoya akan mengemas iklan dengan kalimat yang tidak memicu perdebatan lantaran adanya embel-embel sertifikasi halal.
"Kebetulan ini baru yang memiliki sertifikasi halal sehingga tensinya tinggi, tapi kami tidak pernah ingin mencari polemik dan itu bukan rencana kami untuk mencari tensi tinggi," beber Sigit.
Sertifikasi halal sejatinya untuk bahan baku jilbab Zoya. Hal itu sejurus dengan bakso yang dinyatakan halal jika bahannya menggunakan daging sapi. Untuk meyakinkan konsumen jika bakso itu menggunakan daging sapi, maka memiliki sertifikasi halal.
"Waktu itu logika sederhananya seperti bakso. Tapi justru tensinya jadi dan kami mengerti sehingga meminta maaf. Bisa saja logika kami itu salah dan minta maaf kalau dianggap khalayak tidak nyaman," imbuh Sigit.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.