Komunikasi Masih Terputus Pascagempa, Warga Denpasar Khawatirkan Keluarga di Sumba Barat
Deni mengatakan, dia menghubungi ibunya dan tiga kakaknya di Desa Dedekado, Kecamatan Waikabubak.
Editor: Wahid Nurdin
Laporan wartawan Tribun, Kander Turnip
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Pascagempa berkekuatan 6,6 SR di Sumba Barat, sejumlah warga Denpasar merasa khawatir terhadap nasib keluarganya yang ada di NTT.
Deni Datamerang (22), satu di antaranya. Warga Jalan Hayam Wuruk, Denpasar, Bali, ini mengaku khawatir, terlebih hingga saat ini jaringan komunikasi masih terputus.
"Sejak mendapat informasi gempa sekitar pukul 19.30 Wita sampai sekarang (sekitar satu jam kemudian, Red) keluarga saya tidak bisa dikontak sama sekali. Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa dengan mereka," kata Deni yang dihubungi Tribun Bali, sekitar pukul 20.15 Wita.
Deni mengatakan, dia menghubungi ibunya dan tiga kakaknya di Desa Dedekado, Kecamatan Waikabubak.
Ia juga menghubungi nomor ponsel adiknya di Desa Waimanu, Kecamatan Katikudana. Semua nomor ponsel keluarganya itu tidak ada yang bisa dihubungi.
Seperti diberitakan, BMKG telah melaporkan terjadi gempa 6,6 SR pada Jumat (12/2/2016).
Gempa terjadi sekitar pukul 18.02 Wita. Pusat gempa di darat yaitu 14 km Barat Daya Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Berdasarkan analisis peta BMKG, intensitas gempa mencapai VI MMI (kuat) hingga VII MMI (sangat kuat).
Di daerah Waikabukak dan Waingapu Provinsi Nusa Tenggara Timur intensitas gempa VII MMI (sangat kuat), sedangkan di Waitabula, Waikelo, Praigopa, dan Memboro Provinsi Nusa Tenggara Timur mencapai VI MMI (kuat).
Diperkirakan 58.000 jiwa merasakan guncangan sangat kuat (VII MMI), 207.000 jiwa merasakan guncangan kuat (VI MMI), dan 228.000 jiwa merasakan guncangan sedang (V MMI).
Gempa juga dirasakan di Kota Bima (III-IV MMI) dan wilayah Bali dengan tingkat guncangan tergolong lemah (II-III MMI).
Pusat gempa tergolong dangkal dengan kedalaman 10 km. Gempa tidak menimbulkan tsunami. (*)