Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bijak dan Sigap Tanggapi Aksi Teror ala Kriminolog Kasmanto

Aksi kejahatan biasanya dikategorikan 'berhasil' apabila menjadi sensasional dan pelakunya tidak terungkap.

Penulis: Budi Rahmat
Editor: Wahid Nurdin
zoom-in Bijak dan Sigap Tanggapi Aksi Teror ala Kriminolog Kasmanto
TRIBUN PEKANBARU/BUDI RAHMAT
Menhan Ryamizard Ryacudu sesaat setelah mendarat di Lanud Roesmin Nurjaddin, Pekanbaru, Jum at (19/2/2016) siang. 

Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Budi Rahmat

TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU  -  Belum genap satu bulan, dua peristiwa teror molotov terjadi di Pekanbaru.

Terbaru rumah Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Riau Syafril Tamun tadi malam, Jum'at (19/2/2016) dilempar molotov oleh orang tak dikenal.




Beruntung api yang tersulut dari botol yang diberi sumbu itu sempat dipadamkan. Teror itu sendiri membuat Syafril Tamun kaget.

Bahkan dari pengakuannya, teror molotov sudah dua kali terjadi dirumahnya. Sebelumnya peristiwa teror molotov juga terjadi Jalan Garuda III Kelurahan Sidomulyo Timur Kecamatan Marpoyan Damai, Jum'at (29/1/2016) dirumah warga bernama Suyaldi (45).

Molotov yang dilempar dirumah Suyaldi sempat membakar kursi didepan rumah meski akhirnya bisa dipadamkan sebelum menjilati seluruh rumah.

Kriminolog Riau, Kasmanto Rinaldi memandang pelaku kriminal akan terus mencoba inovasi-inovasi baru dalam beraksi.

BERITA TERKAIT

Sehingga menurutnya sudah seharusnya aparat sigap menyikapi segala macam bentuk aksi teror tersebut. Begitu juga masyarakat, ia berharap masyarakat mampu bijak menyikapi adanya aksi teror dengan tidak mudah menebar rasa cemas berlebihan.

Aksi kejahatan biasanya dikategorikan " berhasil" apabila menjadi sensasional dan pelakunya tidak terungkap.

Dinamika sensasional bisa juga diartikan menjadi tranding topic di masyarakat dan media massa sehingga sampai ke level ketakutan terhadap masyarakat.

Keresahan atau ketakutan yang berlebihan atau dalam kajian kriminologi dikategorikan " fear of crime" dalam artian masyarakat menjadi cemas dan dengan sendirinya merasa akan menjadi korban aksi-aksi berikutnya.

Dalam hal ini, jika terjadi pembiaran dalam artian kesulitan mengungkap identifikasi kasus dan pelakunya, ini bisa menimbulkan hal yang kontrafiktif.

Pertama, bagi pelaku ini dianggap prestasi dan ini menjadi " new job discribtion" sehingga kedepan kelompok-kelompok " hebat" ini akan kedatangan "pasukan" baru dan order-oreder yang semakin banyak dan bisa saja dengan tarif yang menggiurkan.

Sementara, bagi masyarakat ini bentuk teror yang sangat meresahkan dan terutama bagi si " target" akan menimbulkan ketakutan yang luar biasa.

Mengenai motivasi, apapun bisa menjadi alasan pemesan dan pelaku tergantung dari eksistensi korbannya itu sendiri.

Persoalan bisnis, kekuasaan atau internal faktor lainnya bisa saja menjadi pemicu terjadinya teror-teror tersebut.

Kemungkinan-kemungkinan ini akan semakin liar berkembang seiring belum terungkapnya kejahatan ini, sehingga rasa ketakutan pada potensial victim semakin besar namun sebaliknya semakin tinggi kepercayaan diri pelaku untuk terus menunjukkan aksi sensasionalnya.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas