Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Becek, Pedagang Tinggalkan Pasar Tradisional Modern Muara Bungo

Sementara pedagang lebih memilih berjualan di luar areal pasar, tepatnya di sekitaran perkampungan warga RT 02 dan RT 07.

Editor: Wahid Nurdin
zoom-in Becek, Pedagang Tinggalkan Pasar Tradisional Modern Muara Bungo
Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha
ILUSTRASI - Los pedagang daging sapi di Pasar Senen, Jakarta Pusat tampak tidak ada aktivitas seperti biasanya, Minggu (9/8/2015). Harga daging sapi di pasar tradisional masih tinggi di kisaran Rp 120.000 per kilogram. Pascahari raya Idul Fitri harga tidak kunjung turun, malah terus merangkak naik. Karena mengaku merugi, mulai hari Minggu ini para pedagang daging memutuskan untuk mogok jualan hingga haru Rabu (12/8/2015). (Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha) 

Laporan wartawan Tribun Jambi, Awang

TRIBUNJAMBI.COM, MUARA BUNGO  -  Perencanaan pembangunan Pasar Tradisional Modern (PTM) Muara Bungo, Provinsi Jambi dinilai kurang matang, ini tercermin dari banyaknya pedagang yang 'lari' meninggalkan pasar indoor tersebut.

Permasalahannya karena drainase pembuangan air yang sangat minim, hanya paralon kecil sehingga genangan terjadi setiap hari, baik di gedung PTM untuk lapak sayur terlebih di PTM lapak ayam dan daging.

Kondisi itu membuat pelanggan malas masuk sehingga pasar sepi.

Sementara pedagang lebih memilih berjualan di luar areal pasar, tepatnya di sekitaran perkampungan warga RT 02 dan RT 07 yang berlokasi tak jauh dari PTM.

"Dulu sebelum ada PTM malah lebih ramai, sekarang sepi," sebut seorang pedagang yang ditemui di sana, Rafiq, Selasa (15/3/2016).

Sesuai konsep awal, gedung itu bisa dijadikan pasar yang higienis, namun di lapangan tak seperti harapan. Genangan air terlihat di semua sudut.

BERITA REKOMENDASI

Bahkan di pasar daging, genangan air bercampur darah bisa lebih 10 centi meter. Bukan hanya tak sedap dipandang mata, namun sulit dilalui jika tak menggunakan sepatu boat.

"Kalau seperti ini tidak akan ada pedagang yang tahan, apalagi pembeli, mereka lebih enak beli di pinggir jalan daripada masuk ke sini," lanjut dia.

Pantauan Tribun, terlihat beberapa bedagang berupaya membuka sumbatan air di dalam paralon, namun hal tersebut tak berhasil, mengingat paralon yang digunakan untuk aliran air sangat kecil.

Karena itu, pedagang dan warga menilai Dinas Pekerjaan Umum (DPU) tidak mengkaji secara matang sebelum membangun PTM. Tidak logis pasar daging menggunakan drainase yang sangat kecil.

"Di mall saja saya rasa sistem pengairannya lebih besar dari ini, ini pasar tradisional tapi kok drainase seolah dianggap sepele, tidak ada kajian, dan seolah-olah yang penting jadi," imbuh Hamid, warga ditemui di lokasi.


Beberapa faktor lain di luar masalah drainase juga diduga ikut menjadi penyebab sepinya PTM. Seperti adanya pembatas jalan jalur dua, sehingga pedagang lebih mudah masuk ke pasar pinggir jalan di RT 02 dan RT 07 ketimbang masuk ke PTM.

Dikonfirmasi soal ini, Kabid Cipta Karya DPU Bungo, Yandra membantah jika perencanaan proyek yang menghabiskan anggaran puluhan miliar rupiah itu tak matang.

Menurutnya, sesuai rencana awal PTM itu peruntukannya bukan untuk pasar ikan, tapi ternyata saat ini pasar sayur juga dijadikan pasar ikan.

"Akibatnya sekarang pipa di dalam yang tidak jalan. Air ikan itu tidak akan tertampung," kilah dia.

Soal kondisi serupa di pasar daging di mana seharusnya drainase lebih representatif, Yandra tak bisa memberi penjelasan secara rill, ia hanya menyebut akan ada perbaikan.

"Nanti kita cari paralon untuk diperbaiki lagi," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jambi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas