Berita Foto: Mahluk Halus Menyelinap di Barisan Manusia dalam Ritual Ngerebeg
Mahluk halus menyelinap di barisan manusia dalam ritual Ngerebeg di Desa Pekraman Tegalalang, Gianyar, Bali.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Darmendra
TRIBUNNEWS.COM, GIANYAR - Rahina Buda Kliwon Pahang, tepat Pegat Wakan, rerencangan atau pasukan pengiring tak kasat mata dari Ida Bhatara Teruna Gede yang berstana di Pura Duur Bingin, Desa Pekraman Tegalalang, menampakkan diri, Rabu (16/3/2016).
Mereka berwujud dan terlihat nyata. Tubuhnya penuh warna-warni, mempesona, dan kontras.
Mereka adalah anak-anak dan remaja desa yang berdandan layaknya wong samar (makhluk halus) dalam prosesi Ngerebeg serangkaian piodalan di Pura Duur Bingin.
Ratusan anak-anak mengelilingi desa dengan wajah dan badan dicat pada Tradisi Ngerebeg di Desa Pekraman Tegalalang, Gianyar, Rabu(16/03/3016) sambil berteriak suryak oe oe 3 kali pengayah duwur bingin sambil membawa penjor. (TRIBUN BALI/I NYOMAN MAHAYASA)
Anak-anak dan remaja ini menghias diri sedemikian seram hingga nyaris tak bisa dikenali.
Ratusan wong samar yang kasat mata ini berjalan keliling desa setelah menggelar ritual nunas pica alit, nedunan ida bhatara dan nunas pica agung.
Ratusan anak-anak mengelilingi desa dengan wajah dan badan dicat pada Tradisi Ngerebeg di Desa Pekraman Tegalalang,Gianyar, Rabu(16/03/3016) sambil berteriak suryak oe oe 3 kali pengayah duwur bingin sambil membawa penjor. (TRIBUN BALI/I NYOMAN MAHAYASA)
Mereka menempuh jarak 14 kilometer membawa setangkai palem sebagai penjor kecil. Prejuru desa dan krama pun turut menyertai.
"Suryak, oi oi oi," teriak mereka bersahutan.
"Ritual ini setiap enam bulan sekali saat piodalan di Pura Duur Bingin. Secara simbolis mereka yang menghias diri seakan menjadi rerencangan ida bhatara," ujar Jero Mangku Pura Duur Bingin, Gusti Nyoman Raka kepada Tribun Bali.
Ratusan anak-anak mengelilingi desa dengan wajah dan badan dicat pada Tradisi Ngerebeg di Desa Pekraman Tegalalang,Gianyar, Rabu(16/03/3016) sambil berteriak suryak oe oe 3 kali pengayah duwur bingin sambil membawa penjor. (TRIBUN BALI/I NYOMAN MAHAYASA)
Dalam prosesinya, krama meyakini bahwa makhluk-makhluk tak kasat mata itu ikut serta, masuk dan menyelinap di antara barisan manusia yang berdandan layaknya wong samar.
Ini bisa ditandai dengan suatu kejadian seperti,
"Kita percaya wong samar yang tak kasat mata ada diantara barisan krama yang turut dalam ritual Ngerebeg. Karena ada saja yang tidak bisa dikenali. Itu pertandanya," ucap dia.
Kendati dipercayai rerencangan sejatinya ikut dalam barisan, namun tak satupun krama mengalami kerauhan.
Ritual Ngerebeg ini bertujuan mengembalikan wong samar ke asalnya.
Ratusan anak-anak mengelilingi desa dengan wajah dan badan dicat pada Tradisi Ngerebeg di Desa Pekraman Tegalalang,Gianyar, Rabu(16/03/3016) sambil berteriak suryak oe oe 3 kali pengayah duwur bingin sambil membawa penjor. (Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa)
"Yang dari selatan kembali ke selatan, dari utara kembali ke utara, dari timur kembali ke timur dan dari barat kembali ke barat. Kita kembalikan ke asalnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.