Pusaka Majapahit Dihibahkan ke Museum Singosari, Ada Pedang yang 'Memberontak'
ebanyak 12 buah pusaka dijajar di atas meja ruang tamu rumah M Tohir. Semua pusaka itu ada 'yang memberontak' peninggalan Majapahit.
Editor: Y Gustaman
Ia memilih menghibahkan pusaka itu ke museum, karena bisa digunakan untuk wahana pendidikan. "Bisa lebih bermanfaat bagi masyarakat, bisa untuk pendidikan di museum," imbuh dia.
Pusaka peninggalan zaman Majapahit yang tersimpan di rumah, tak diketahui anak-anak Tohir. Uswatun Hasanah, anak kedua Tohir, tidak pernah mengetahui pusaka tersebut.
"Saya tidak tahu menahu, tahu-tahu kok malah ada orang yang mau menawarnya," cerita Uswatun.
Pusaka yang dirawat Tohir pernah ditawar sejumlah orang. Di antara mereka pernah menawarkan uang tunai Rp 200 juta dan mobil jeep. Tohir menolak tawaran itu dan memilih menghibahkannya ke Pemkab Malang.
Bukan perkara mudah Tohir melepas pusaka 'berjiwa' itu. Terutama pusaka yang 'melekat' dengannya, yakni Pedang Kuncoro Sewu. Selama tiga hari ia tak bisa tidur, karena pedang itu seakan memberontak.
"Rasanya bergerak terus dan saya sulit tidur selama tiga hari. Setelah saya ikhlas, barulah dia diam dan saya bisa tidur," kenang Tohir.
Pantauan Surya, Tohir terlihat menunjukkan pandangan sayang kepada pedang yang memiliki warangka kayu berwarna merah hati dan putih tersebut.
Catatan sejarah menunjukkan, Bre Wengker memiliki nama Kudamerta. Ia menikahi Dyah Wiyat, anak pendiri Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya yang bergelar Prabu Kertarajasa Jayawardana atau Jayanegara dari istrinya, Gayatri. Dyah Wiyat adalah adik Dyah Gitarja atau Tribhuwanottungadewi, kelak menjadi Raja Majapahit.
Dyah Wiyat adalah Ratu Daha, sekarang Kediri. Nama besarnya adalah Rajadewi Maharajasa. Otomatis, Kudamerta memiliki nama kebesaran juga, yakni Wijayarajasa.