Mantan Mentor Jihadis Tak Kenal Joanda Pratama yang Diduga Gabung Kelompok Santoso
Mantan mentor jihadis Khairul Ghazali mengatakan, tertangkapnya Joanda Pratama (28) yang diduga ingin bergabung ke kelompok Santoso.
Penulis: Jefri Susetio
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Medan, Jefri Susetio
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Mantan mentor jihadis Khairul Ghazali mengatakan, tertangkapnya Joanda Pratama (28), warga Jalan Garu II Medan Amplas yang diduga ingin bergabung ke kelompok Santoso alias Abu Wardah merupakan suatu bentuk kecolongan.
"Dia (Joanda) itu kecolongan dan kebodohan. Secerdas-cerdasnya jihadis dapat juga tiba-tiba pendek akal. Setelah melihat fotonya, saya tidak kenal dengan Joanda, mungkin dia kelompok baru," katanya saat dihubungi, Jumat (18/3/2016) malam.
Ia menduga, Joanda Pratama merupakan kelompok baru dari sel-sel jaringan islam radikal yang ada di Sumatera Utara. Bahkan, selama ini puluhan tahun aktif dalam gerakan islam radikal, tidak pernah mengenal Joanda.
"Dia bukan dari kalangan terdahulu, saya tidak pernah mengenalnya. Sebenarnya ada banyak kelompok baru di Sumut. Jadi pecahan dari sel-sel jaringan membuat bentuk dan format baru, mereka masuk lewat ormas-ormas radikal," ujarnya.
Dia bilang, seluruh kelompok baru yang ada di Sumut, tidak punya nama atau identitas. Namun, seluruhnya sudah otomatis berafiliasi ke ISIS, dan kelompok ISIS Indonesia timur dipimpin oleh Santoso alias Abu Wardah.
"Cukup banyak anak muda Medan yang gabung ke kelompok-kelompok jihadis. Harus dipahami Kota Medan adalah basis juga. Dari dulu, banyak orang Medan yang bagus ke kelompok islam radikal, seperti dahulu, komando jihad," katanya.
Ia menuturkan, dari segi kultur pemuda Medan punya karakter pemikiran keras. Tidak hanya itu, dari segi geografis, Sumut berbatasan dengan Aceh yang selama ini mengalami konflik hingga puluhan tahun.
"Bila benar Joanda ingin bergabung ke kelompok Santoso artinya dia (Joanda) berhasil didoktrin. Sehingga, kelompok lebih besar percaya. Biasanya bila sudah berhasil didoktrin oleh kelompok lebih besar dapat berbahaya karena sudah dipercaya," ungkapnya. (tio/tribun-medan.com)