Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Presiden MADN Tegaskan Masyarakat Dayak Tak Terkotak Agama dan Politik

pengurus Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) masa bakti 2015-2020, resmi dilantik di Rumah Adat Radakng, Jl Sultan Syahrir Pontianak, Kamis (7/4).

Penulis: Tito Ramadhani
Editor: Sugiyarto
zoom-in Presiden MADN Tegaskan Masyarakat Dayak Tak Terkotak Agama dan Politik
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ TITO RAMADHANI
Presiden MADN, Cornelis saat memberikan sambutan dalam pelantikan pengurus Majelis Pertimbangan dan Pengurus Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) masa bakti 2015-2020, di Rumah Adat Radakng, Jl Sultan Syahrir Pontianak, Kamis (7/4) 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Sebanyak 350 orang pengurus, yang terdiri dari enam orang Majelis Pertimbangan dan 344 orang pengurus Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) masa bakti 2015-2020, resmi dilantik di Rumah Adat Radakng, Jl Sultan Syahrir Pontianak, Kamis (7/4).

Sebelum melantik ratusan pengurus MADN, Presiden MADN Cornelis yang juga selaku Gubernur Kalimantan Barat melaksanakan ritual adat pengukuhan dirinya sebagai Presiden MADN.

Pengukuhan Presiden serta pelantikan Pengurus MADN ini dihadiri Gubernur dan Bupati se-Kalimantan.

Tokoh masyarakat Dayak di Kalimantan, baik dari Indonesia maupun yang berasal dari Sabah dan Sarawak Malaysia.

Tak hanya itu, tampak pula tokoh-tokoh masyarakat dari etnis lain, di antaranya dari Melayu, Tionghoa serta Madura.

Presiden MADN, Cornelis mengungkapkan tujuan dibentuknya organisasi tersebut, agar di masa mendatang, orang-orang Dayak dapat menjadi tuan di negerinya (tanahnya) sendiri.

Berita Rekomendasi

Kemudian agar masyarakat Dayak tidak hilang maupun terkotak-kotak dalam agama.

"Agama Jangan menjadi persoalan. Tidak boleh mensekat-sekat. Ambil contoh saja batak dengan berbagai agama, namun marga bataknya tetap tertulis. Kita ini setelah masuk salah satu agama, lalu lupa diri," ungkap Cornelis dalam sambutannya

Cornelis menegaskan, menurutnya pemikiran tidak mengkotak-kotakkan diri, juga perlu diberlakukan masyarakat Dayak dalam melakukan peran politik, terutama dalam politik praktis.

"Jangan dibawa ke sana karena di dalam ini bermacam-macam orangnya, dari berbagai partai, tetapi bagaimana hal itu berguna untuk kepentingan masyarakat Dayak."

"Kalau pendidikan politik, itu bisa, itu namanya pembelajaran dan pencerahan, tetapi kalau untuk kepentingan kelompok jangan dibawa-bawa karena nanti akan pecah dan berkelahi," tegasnya

Lanjutnya, selaku lembaga independen untuk membantu pemerintah, dalam rangka percepatan pembangunan di semua sektor.

Tugas MADN saat ini ialah bagaimana sebagai warga negara Indonesia, dapat menjadi warga yang terhormat karena dipandang oleh negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

"Ini tujuan kita menunjukkan keberadaan kita ini ada. Saya bukan omong kosong, bukan ngarang atau menduga-duga."

"Secara ilmiah bisa dipertanggungjawabkan. Baik menurut antropologi budaya maupun forensik, Kalimantan ini milik orang Dayak."

"Tetapi kita ini jadi apa? Kita ini jadi sampah. Jadi target-target semua. Katanya ini negeri berpancasila, tetapi perilaku kita tidak melaksanakan dengan baik," terangnya

Menurut Cornelis pula, tantangan ke depan yang akan dihadapi, bagaimana sebagai bagian dari Bangsa Indonesia, masyarakat Dayak dapat ikut andil mengambil bagian di semua lini atau sektor, agar tidak ketinggalan.

"Masyarakat Dayak jangan bersungut-sungut kepada pemerintah maupun penguasa. Kita harus lebih eksis dan mampu menunjukkan diri," ucapnya

Cornelis menambahkan, dengan adanya MADN, masyarakat Dayak dapat setara, untuk berperan mengambil bagian di dalam pembangunan, baik di dunia politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan maupun lainnya.

Sementara Ketua Majelis Pertimbangan MADN, DR Agustin Teras Narang menambahkan, MADN merupakan perhimpunan, sehingga tidak dapat diukur kontribusi MADN bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Karena majelis ini selalu bergerak dan berada di depan masyarakat Dayak.

"Perkembangannya selama ini terus berjuang karena masih banyak masyarakat Dayak yang perlu mendapat sentuhan pendidikan, kesehatan, hak-hak adat, pokoknya prinsip pemberdayaan," ujar pria yang pernah menjabat Ketua Umum MADN Tahun 2006 dan Presiden MADN Tahun 2010 ini usai pelantikan, Kamis (7/4).

Narang menegaskan, masyarakat Dayak kini harus terdepan, tidak hanya menjadi penonton, namun harus menjadi pemain dan pelaku dalam pembangunan.

"Kita tidak mau masyarakat adat ini menjadi terbelakang, kita juga pengen menjadi pemain, pelaku. Dan masyarakat Dayak tidak ingin menjadi penonton karena yang namanya Kalimantan, yang namanya Borneo ini adalah milik bersama-sama suku Dayak," sambungnya

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas