Melisa Tidak Bisa Tidur Semalaman Mengetahui Tokonya Terbakar Habis
Tokonya yang terletak di Tahap 4, blok G no 20, semula rapih, kini di depannya berserakan puing-puing tas sekolah anak, yang tidak berwujud
Penulis: Monica Felicitas
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Monica Felicitas
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Selasa (12/4/2016) siang, langit Surabaya cerah, tapi tidak dengan wajah Melisa, seorang wanita pemilik salah satu ruko yang terbakar di Pasar Atum Grosir Surabaya, Senin (11/4/2016).
Saat itu Melisa yang memakai baju merah, dengan rambut di jepit menjadi satu, raut wajahnya terlihat sendu.
Wanita keturunan Cina Surabaya ini datang sendiri, menghadap Labfor yang datang menyelidiki tempat kejadian perkara (TKP) kebakaran semalam.
Tokonya yang terletak di Tahap 4, blok G no 20, semula yang terlihat rapih, kini di depannya berserakan puing-puing tas sekolah anak, yang kini sudah tak berwujud, akibat terkena lumatan api.
Berjumlah puluhan, dan menyerupai gunung, sejumlah tas itu sudah tidak bisa dipakai lagi.
Siang ini, saat tim Labfor bekerjasama dengan Polsek Pabean Cantian, mendatangi TKP bekas kebakaran yang terjadi semalam, Melisa terlihat sigap dan langsung mendatangi aparat.
"Yang pasti rugi lebih dari ratusan juta, saya sudah tidak bisa membayangkan bagaimana kelanjutannya ini nanti," katanya.
Tidak mau berkata banyak pada media, Melisa mencurahkan isi hatinya kepada tim Labfor yang menjejalinya dengan berbagai pertanyaan mengenai tokonya.
Ruko milik Melisa merupakan produsen tas, dengan omset ratusan juta rupiah, yang didistribusikan tidak hanya di kota Surabaya, tetapi beberapa daerah di Indonesia.
"Saya nggak bisa tidur pak dari semalam, mana bisa tidur lah kalau begini," ujarnya dengan wajah yang terlihat lebam, karena semalam tidak bisa tidur, masih merasa shock.
Ia menjelaskan, imbas kebakaran terbesar terjadi dilantai 2 dan 3 pada ruko miliknya, yang berisi mesin jahit, dan di dalam rukonya terdapat lift, yang digunakan untuk operasional karyawannya yang berjumlah puluhan.
"Saya selalu mematikan panel listrik kok sebelum pulang. Paling maksimal jam 17.10 WIB, sudah maksimal iku wes pak," ujarnya dengan dialeg China Surabayanya yang kental.
Tim Labfor yang mengidentifikasi dan melakukan pendataan, berbondong-bondong melintasi garis polisi berwarna kuning.
Melisa hanya di luar, ditemani oleh pihak Polsek Pabean Cantian, wajahnya terlihat kuatir.
Ia mengatakan belum berani masuk ke dalam ruko miliknya yang sudah menjadi tempatnya mencari ladang rejeki lebih dari tiga tahun yang lalu.
"Tidak ada asuransi saya, asuransinya nggak mau menanggung dulu waktu mengajukan. Toko sebelah bisa, mungkin karena perusahaan besar (UD Apollo), justru itu sedihnya," ungkapnya dengan muka lemas.
Ia berkata belum bisa berkata banyak kepada media karena masih sangat tertekan dengan kejadian yang dialaminya.
"Mulai semalam saya di sini, saya nggak bisa berbuat apa-apa, hancur semua," katanya dengan mata yang tiba-tiba berair, wajahnya pun berubah menjadi merah, kontras dengan kulit wajahnya yang berwarna putih.
Membenarkan perkataannya, pihak managemen Pasar Atum Surabaya, yang diwakili oleh General Manager Pasar Atum Surabaya, Halim Antawira Hermanto ia mengatakan pihak Pasar Atum tidak memiliki kewenangan, bahkan mengurus adanya asuransi bagi ruko yang terbakar.
"Itu sudah menjadi kepemilikan mereka pribadi. Meskipun satu area dengan kami, tapi kepemilikan sudah bukan menjadi tanggung jawab kami, tidak ada asuransi dari kami," ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.