Ini Alasan Lagu Anak Antikorupsi Diciptakan
Wakil Koordinator ICW Agus Sunaryanto, mengatakan, album Lagu Anak Hebat merupakan metode baru untuk memberantas korupsi dengan cara yang menyenangkan
Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Wahid Nurdin
![Ini Alasan Lagu Anak Antikorupsi Diciptakan](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/lagu-antikorupsi_20160417_112616.jpg)
Laporan Wartawan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Album Lagu Anak Hebat diluncurkan pada Maret 2016 di Jakarta.
Album itu lahir atas kerjasama antara ICW, KPK, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Komunitas Mari Bernyanyi.
Wakil Koordinator ICW Agus Sunaryanto, mengatakan, album Lagu Anak Hebat merupakan metode baru untuk memberantas korupsi dengan cara yang menyenangkan.
Menurutnya, mencegah dan memberantas korupsi itu juga harus dengan cara yang menyenangkan sehingga semua kalangan berpartisipasi.
"Pencegahan dan pemberantasan korupsi bukan hanya tugas aparat saja, melainkan seluruh elemen masyarakat," ujar Agus di Gedung Sabuga, Jalan Taman Sari nomor 73, Kota Bandung, Minggu (17/4/2016).
Agus menambahkan, korupsi merupakan tindak kejahatan yang selalu dilakukan secara berjemaah.
Maka dari itu, pemberantasannya pun harus dilakukan secara berjemaah.
Mengenalkan lagu anak ke guru PAUD dan menyebarkannya merupakan upaya berjemaah memberantas korupsi.
"Seperti prinsip sapu lidi, kalau sebatang tidak akan bisa buat membersihkan. Lebih baik mencegah daripada uang kita diambil segelintir orang makanya kita sama-sama tanamkan nilai integritas dan mulai berantas korupsi dari keluarga," ujar Agus.
Menurut Agus, dengan lagu-lagu dalam album tersebut diharapkan bisa menanamkan nilai integritas kepada anak-ana pada usia PAUD.
Selain itu juga, orang tuanya juga harus mempunyai pemahaman yang sama dengan anak melalui lagu-lagu tersebut.
Sebab keluarga merupakan tiang utama dalam pemberantasan korupsi. Keluarga yang memiliki nilai integritas akan membentuk karakter yang kuat dan budaya bersih.
Hal itu berdasarkan hasil baseline study pembangunan budaya antikorupsi berbasis keluarga yang dilakukan KPK di Yogyakarta dan Solo pada 2012-2013.
"Orang tua juga bisa menularkan sikap antikorupsi ke lingkungan dan komunitas pecinta anak di lingkungannya," ujar Agus. (*)