Peluru Lukai Paru-parunya, Lambas Simanungkalit Kini Tak Sadarkan Diri
Kondisi kesehatan korban penembakan kelompok bersenjata di Filipina Selatan, Lambas Simanungkali (43), kembali memburuk.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNWS.COM, TAWAU - Kondisi kesehatan korban penembakan kelompok bersenjata di Filipina Selatan, Lambas Simanungkali (43), kembali memburuk.
Setelah sempat melewati masa kritis, kini ia tak sadarkan diri.
Kondisi kesehatannya naik-turun karena peluru yang mengenai bagian bawah ketiak kiri kirinya menyerempet paru-paru.
"Memang awal masuk keadaannya kritis. Kemudian ada turun naik, turun naik. Tetapi sekarang ini belum sadar," ujar Konsul pada Konsulat Republik Indonesia (KRI) Tawau, Abdul Fatah Zainal, saat ditemui Tribun Kaltim (Tribunnews.com Network) di Tawau, Sabah, Malaysia, Selasa (19/4/2016).
Menurut keterangan dokter, kata Abdul, peluru menyerempet paru-paru korban.
"Ini berpengaruh besar terhadap dia," ujar Abdul.
Awalnya, menurut dokter, kondisi tersebut dikhawatirkan akan berpengaruh besar terhadap keselamatan korban.
Namun hingga Selasa, kondisi korban kembali membaik. Selama menjalani perawatan di ruang ICU Lantai III Hospital Tawau, Lambas belum bisa ditemui siapapun.
"Kami saja cuma di luar. Kalau ke sana kami cuma konsultasi dengan dokter," katanya.
Karena kondisi korban yang belum sadar, Abdul Fatah mengaku belum mendapatkan keterangan apapun langsung dari Lambas, sejak dia dirawat di Hospital Tawau, Sabtu (16/4/2016).
Dari pantauan, di depan Rumah Sakit Tawau ada dua tentara berseragam yang berjaga. Selain itu, ada pula polisi berseragam menjaga di Lantai III di sekitar ruangan tempat korban dirawat.
Polisi yang bertugas menjaga di rumah sakit melarang Tribun mengambil gambar.
"Kami dari konsulat juga bergantian piket menjaga di sana. Pagi dan sore, dua orang," kata Abdul.
Abdul Fatah mengatakan, korban dalam pengawasan The Eastern Sabah Security Command (ESSCOM), lembaga keamanan yang melibatkan lintas instansi di Negara Bagian Sabah, Malaysia.
"Jadi memang agak ketat di sini. Media Malaysia juga tidak pernah ke rumah sakit. Media Malaysia sudah tahu kalau tidak bisa mengambil gambar di sana," ujarnya.
Meskipun kondisi korban masih belum sadarkan diri, pihak perusahaan tempatnya bekerja berencana membawa pulang ke Indonesia.
Abdul Fatah mengatakan, pihak perusahaan kapal, PT Globaltrans Energy International, sudah menyampaikan rencana membawa korban ke Indonesia.
"Mereka telah menyatakan, Pak Bagaimana? Silakan!" ujarnya.
Namun, untuk membawa korban pulang ke Indonesia, perlu berkoordinasi terlebih dahulu dengan dokter yang menangani. Dokter biasanya menolak merujuk pasien yang kondisinya belum stabil.
Dengan demikian, Lambas tidak bisa dibawa langsung ke Indonesia. Adapalagi di Malaysia, menurut Abdul, prosesnya agak panjang.
Dia mengatakan, untuk membawa pulang korban tidak mungkin menumpang ferry penyeberangan menuju ke Nunukan atau Tarakan.
"Pasti dia melalui pesawat dari Tawau ke Kuala Lumpur, Kuala Lumpur baru ke Jakarta," ujarnya.
Selain itu, kalaupun terpaksa harus dibawa pulang pastinya ada dokter atau perawat yang mendampingi hingga ke Indonesia.
Dia memastikan, Malaysia tidak menyoal proses keimigrasian korban jika harus dibawa pulang ke Indonesia.
"Pihak sini cukup kooperatif. Cuma masalahnya terkait dengan kesehatannya. Mudah-mudahan, kita harapkan dengan mujizat yang Maha Kuasa, semuanya dapat baik-baik," ujarnya. (noe)