Pemulangan Lima WNI Korban Abu Sayyaf Menunggu Nakhoda dan Mualim
Pihak perusahaan kapal tunda TB Henry, sedang mengupayakan seorang nakhoda dan seorang mualim untuk bisa memulangkan kapal berikut lima ABK.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Niko Ruru
TRIBUNNEWS.COM, TAWAU - Pihak perusahaan kapal tunda TB Henry, penarik tongkang Christy sedang mengupayakan seorang nakhoda dan seorang mualim untuk bisa memulangkan kapal berikut lima anak buah kapalnya.
Lima ABK masing-masing Yohanis Serang, Sembara Oktafian, Rohaidi, Royke Frans Montolalu dan Rumawi.
Kelimanya merupakan korban selamat dari penyanderaan kelompok Abu Sayyaf, di perairan perbatasan Filipina-Malaysia, Jumat (15/4/2016) petang lalu.
Konsul pada Konsulat Republik Indonesia (KRI) Tawau, Abdul Fatah Zainal menyebutkan, sejak Minggu (17/4/2016) lalu pihak perusahaan telah datang ke Negara Bagian Sabah, Malaysia untuk mengurus pemulangan kapal berikut awak kapal yang selamat.
"Tadi pagi saya sudah dapat informasi, pihak agen perkapalan telah bertemu agen di Lahad Datu untuk mengurus kebutuhan nakhoda dan mualim. Kemudian saya dengar tadi mereka sedang mencari dan Insya Alllah dalam waktu satu dua hari mereka putuskan, baru kita tahu kapan mereka dipulangkan," katanya, Selasa (19/4/2016) ditemui di Kantor Konsulat Republik Indonesia Tawau.
Selain lima awak kapal yang selamat itu, satu anak buah kapal Lambas Simanungkalit berhasil lolos dari penyanderaan namun mengalami luka tembak di bawah ketiak sebelah kiri, mengenai bagian paru-paru.
Korban hingga Selasa masih menjalani perawatan di ruang intensive care unit (ICU) Hospital Tawau, Negara Bagian Sabah, Malaysia.
Sedangkan empat rekannya Moch Arianto Misnan (nakhoda), Loren Marinus Petrus (first officer), Dede Irfani (second officer) dan Samsir, disandera kelompok Abu Sayyaf dan belum diketahui nasibnya.
Abdul Fatah memastikan, pihak aparat Malaysia telah mengizinkan pemulangan itu.
"Malaysia sudah suruh pulang. Pada prinsipnya mereka setuju," ujarnya.
Pihak Malaysia bahkan bersedia mengantarkan kapal yang akan menuju ke Kota Tarakan itu hingga di perairan perbatasan Republik Indonesia-Malaysia.
Saat ini, pihak agen perkapalan masih berada di Lahad Datu untuk mengurus kepulangan kelima awak kapal.
"Nanti kan dari Lahad Datu dia ke Tawau. Apakah nanti atau kapan, ini belum jelas juga. Kalau mereka memerlukan surat-surat, kami akan bantu. Kami setuju kalau sesegera mungkin meluncur dari sini," katanya.