Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tangkapan Terlalu Melimpah, Ikan Dibiarkan Terbuang di Pelabuhan

Namun sebanyak tiga hingga empat ton ikan dari masing-masing boat tidak bisa dipasarkan karena sudah dalam keadaan tidak bagus.

Editor: Wahid Nurdin
zoom-in Tangkapan Terlalu Melimpah, Ikan Dibiarkan Terbuang di Pelabuhan
SERAMBI/REZAMUNAWIR
Ikan dibiarkan terbuang di Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo, Banda Aceh, Selasa (19/4). Sejak beberapa minggu terakhir, jumlah tangkapan ikan dari nelayan melimpah. SERAMBI/REZAMUNAWIR 

TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Dalam dua bulan terakhir ikan tangkapan nelayan melimpah, mencapai 10 hingga 15 ton dari masing-masing boat yang pulang melaut.

Namun hasil melimpah itu belum didukung fasilitas Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo Banda Aceh karena cold storage (ruang pendingin ikan) PT Aceh Jaya Lampulo Bahari hanya berkapasitas 50-100 ton.

Ketua Asosiasi Pedagang Ikan (API) TPI Lampulo, Suherman menjawab Serambi, Selasa (19/4) mengatakan, masing-masing boat membawa pulang ikan antara 10 hingga 15 ton.

Namun sebanyak tiga hingga empat ton ikan dari masing-masing boat tidak bisa dipasarkan karena sudah dalam keadaan tidak bagus.

“Ada 100 lebih boat yang merapat di PPS Lampulo,” kata Suherman.

Ditambahkannya, ikan-ikan yang dibawa pulang tersebut tergantung dari kualitasnya, apabila sudah seminggu di laut dan tidak bagus terkena es maka tidak dapat lagi dikonsumsi oleh masyarakat.

“Sebab itu diperlukan tempat penggilingan atau pengolahan ikan di Aceh, sehingga ikan-ikan yang tidak bagus itu bisa diolah menjadi tepung, pupuk, maupun makanan ayam sehingga tidak terbuang percuma,” kata Suherman.

Berita Rekomendasi

Boat dengan ukuran 60 grasston (GT), sebutnya, hanya dapat menampung es sebanyak 400-500 batang yang disimpan dalam palka. Jumlah es batang itu bertahan selama 8-10 hari di laut.

“Ketersediaan es lumayanlah, namun apabila boat-boat nelayan dilengkapi dengan pendingin maka ikan yang dibawa pulang akan lebih bagus lagi. Selama ini belum dilengkapi dengan pendingin,” katanya.

Ia membandingkan di Medan, ikan-ikan yang tidak bagus itu dibeli Rp 1.300- Rp 2.000 per kg dari nelayan untuk diolah menjadi tepung dan makanan ternak.

“Kalo kita disini tidak tahu membawa kemana, maka ini jadi permasalahan dan inilah kelemahan perikanan di Aceh,” tukasnya.

Sementara Toke Bangku (orang yang membiayai operasional boat penangkapan ikan di laut) Lampulo, Banda Aceh, Fakhruddin menambahkan, banyaknya ikan yang diperoleh maka harga ikan yang dijual pun murah. Seperti dencis Rp 8.000/kg dan tongkol ukuran kecil Rp 3.000-Rp 4.000/kg, sedangkan tongkol besar Rp 12.000-Rp 14.000/kg.

“Harga ikan sedang murah, apabila harga yang dijual seperti itu maka nelayan tidak bisa melaut walaupun laku semua. Jadi apabila 30 ton, harga tongkol kecil Rp 2.500/kg dan kalau murah seperti ini kita rugi karena biaya perjalanan boat-boat besar sekali jalan sampai Rp 70 juta. Penampungnya juga hanya satu di sini dan itupun terbatas hanya 100 ton ikan,” katanya.

Ia juga mengharapkan pemerintah dapat membangun pengolahan ikan, agar ikan-ikan yang tidak bagus itu dapat diolah menjadi tepung dan lainnya sehingga tidak terbuang percuma ke laut.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas