Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Lumpur Bercampur Pasir Menyembur Setinggi 30 Meter di Lhoksukon

Semburan di Desa Blang Aman itu menyebabkan warga panik, apalagi sampai pukul 18.00 WIB belum sepenuhnya terhenti.

Editor: Wahid Nurdin
zoom-in Lumpur Bercampur Pasir Menyembur Setinggi 30 Meter di Lhoksukon
SERAMBI/ZAKI MUBARAK
Warga melihat semburan lumpur pada saat sedang penggalian sumur bor milik Sulaiman Thaib (45) di Desa Blang Aman, Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara, Senin (25/4/2016). Semburan lumpur itu awalnya tinggi sekitar 10 hingga 15 meter, setelah lubangnya semakin besar luapan lumpur tersebut semakin deras. SERAMBI/ZAKI MUBARAK 

TRIBUNNEWS.COM, LHOKSUKON – Warga Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara dan sekitarnya pada Senin (25/4/2016) sekitar pukul 12.20 WIB dikejutkan oleh semburan lumpur dari sumur bor di samping rumah Sulaiman Thaib (48).

Semburan di Desa Blang Aman itu menyebabkan warga panik, apalagi sampai pukul 18.00 WIB belum sepenuhnya terhenti.

Peristiwa serupa juga pernah terjadi di samping rumah Muhammad Nasir (50), warga Desa Geulanggang Baro, Kecamatan Lapang, Aceh Utara, pada 13 Juni 2015.

Informasi yang diperoleh Serambi, semburan lumpur itu terjadi ketika warga setempat bernama Jafar dan Hasballah selesai menggali sumur di rumah Sulaiman Thaib dengan kedalaman sekitar 42 meter.

Saat mereka sedang rehat tiba-tiba terdengar letusan yang disertai semburan lumpur berbau gas dari dalam sumur tersebut.

Semburan lumpur awalnya bercampur batu kerikil. Radius semburan mencapai 80 meter, tingginya sekitar 30 meter. Semburan itu muncrat dari celah pipa yang sudah dimasukkan ke dalam sumur bor.

Namun, dua jam kemudian, semburan lumpur mulai rendah karena diameternya semakin membesar.

Berita Rekomendasi

Kendati tak ada korban jiwa, tapi bagian atap dapur rumah Sulaiman Thaib ikut rusak terkena tekanan semburan lumpur. Sebagian dapur korban juga dipenuhi lumpur.

Tak lama kemudian, petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Utara tiba di lokasi setelah diberitahukan aparat desa setempat.

“Kami tersentak mendengar suara dentuman sebanyak tiga kali dari belakang rumah. Setelah kami cek, ternyata bersumber dari sumur bor yang digali itu. Karena khawatir terjadi hal-hal yang tak diinginkan kemudian kami cari tempat aman untuk berlindung,” kata Sulaiman kepada Serambi kemarin.

Begitu tahu ada semburan gas dan lumpur dari sumur bornya yang barusan digali, Sulaiman melaporkan ke keuchik yang kemudian meneruskan informasi tersebut ke Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Utara.

Tak lama kemudian, petugas BPBD dan pemadam kebakaran, relawan Radio Antarpenduduk Indonesia (RAPI), Search and Rescue (SAR), aparat Polres Aceh Utara, Dinas Pengairan dan Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh Utara tiba di lokasi semburan.

Kapolres Aceh Utara, AKBP Achmadi, melalui Kabag Ops AKP Edwin Aldro mengatakan, setelah mendapat informasi tersebut petugas langsung memasang police line, agar warga mendekati lokasi tersebut.

“Kita khawatir semburan lumpur yang diduga juga mengandung gas bisa membahayakan warga, makanya kita minta warga tidak mendekati lokasi itu,” katanya.

Keuchik Blang Aman, Muhammad Thaib kepada Serambi menyebutkan, di kawasannya selama ini warga kesulitan memperoleh air bersih, sehingga banyak warga menggali sumur.

“Tapi ternyata setelah 40 meter dibor ke luar lumpur,” katanya.

Kepala BPBD Aceh Utara, Munawar, kepada Serambi menyebutkan, sampai pukul 18.00 WIB kemarin petugas masih memantau semburan tersebut.

“Informasi terbaru saya dapatkan dari petugas bahwa di atas pukul 18.00 WIB semburannya hanya sedikit lagi. Pun demikian kita tetap mengawasinya,” kata Munawar.

Kepala Dinas Pengairan dan ESDM Aceh Utara, Mawardi, kepada Serambi menyatakan, semburan lumpur bercampur pasir tersebut diduga karena gas mampat pada kedalaman yang rendah, sehingga ketika ada kesempatan ke luar, karena sudah dibor, ia langsung menyembur bersama lumpur campur pasir.

Namun, ketika gas yang mampat tersebut sudah ke luar semua, semburannya pun terhenti.

“Tapi gas ini bukan gas beracun yang membahayakan, sebab tadi warga dan saya yang melihat dari jarak dekat tidak tercium gas berbahaya. Biasanya kalau gasnya berbahaya, maka warga yang mencium langsung merasa pening,” katanya.

Pun demikian, kata Mawardi, kawasan tersebut tidak layak untuk dijadikan sebagai sumber air bersih untuk konsumsi.

“Ini gas biogenic, sama seperti yang terjadi di Kecamatan Lapang beberapa waktu lalu. Jadi, dia nyasar di permukaan yang rendah dan sewaktu-waktu bisa ke luar ketika ada celah,” jelas Mawardi. (serambi indonesia/jaf)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas