Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Umar Patek Bisa Negosiasi dengan Kelompok Abu Sayyaf Tanpa Keluar dari Penjara

Umar Patek, mengaku bisa bernegosiasi dengan dua pimpinan Abu Sayyaf yang menahan para WNI itu tanpa harus keluar dari Lapas Porong.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Umar Patek Bisa Negosiasi dengan Kelompok Abu Sayyaf Tanpa Keluar dari Penjara
Surya/Miftah Faridl
Umar Patek (tengah), usai menjadi pengibar bendera saat peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) di Lapas Porong, Rabu (20/5/2015) 

TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Nasib 14 orang Warga Negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina, hingga kini belum jelas.

Hisyam bin Ali Zein, lebih dikenal dengan nama Umar Patek, terpidana kasus terorisme, mengaku bisa bernegosiasi dengan dua pimpinan Abu Sayyaf yang menahan para WNI itu tanpa harus keluar dari Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Porong, Jawa Timur.

Pentolan kelompok Jamaah Islamiyah (JI) itu hanya membutuhkan izin penggunaan telepon untuk menghubungi dua pimpinan faksi Abu Sayyaf yang menyandera WNI itu, yaitu Al-Habsi Misaya dan Jim Dragon.

Ia juga membutuhkan nomor kontak mereka untuk menghubungi via panggilan telepon atau videocall.

Umar mengatakan saat ini dirinya sudah tidak memiliki nomor kontak mereka.

"Untuk negosiasi ini aku tidak harus pergi ke suatu tempat atau dibawa ke Filipina. Sudah aku jelaskan teknisnya semua aku lakukan di dalam lapas," kata Umar Patek ketika ditemui seusai menjadi pembicara dalam seminar yang diselenggarakan Resimen Mahasiswa Mahasurya Jawa Timur, di Hotel Savana, Malang, Senin (25/4/2016).

Umar mengatakan, tawaran yang disampaikan itu tanpa pamrih. Ini sekaligus membantah kabar yang menyatakan dirinya meminta potongan masa tahanan 10 tahun atau separuh dari total vonis.

Berita Rekomendasi

"(Kata-kata itu) sama sekali tidak keluar dari mulut ku. Tidak ada," tambahnya.

Alasan Umar bersedia membantu negosiasi hanya karena rasa kemanusiaan dan cinta tanah air. Kejadian penyanderaan itu, kata Umar, mengusik perasaannya.

Alasan lain, ia merasa kenal betul pimpinan faksi Abu Sayyaf yang menyandera WNI itu.

Pada 2003 hingga 2009, ia bergabung dengan kelompok Abu Sayyaf. Pada 2005 hingga 2006, ia menjadi anggota Majelis Syura Abu Sayyaf pimpinan Khadaffy Janjalani.

Umar Patek mengakui hingga saat ini belum dimintai bantuan oleh pemerintah.

Ia menambahkan, tawaran itu memang boleh diterima atau tidak. Namun, ia mengisyaratkan memiliki kemampuan untuk bernegosiasi dengan kelompok Abu Sayyaf.

"Aku lebih dulu masuk (Abu Sayyaf) dibandingkan Al-Habsi. Mereka itu aku anggap sebagai sosok yang soft (lunak). Bisa diajak bicara," katanya.

Halaman
123
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas