Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Sertu Yuarso Mengabdi di Pelosok Papua, Tinggal di Rumah Panggung Beratap Seng

Terbuat dari kayu, tempat tinggal dengan luas sekitar 50 meter persegi ini berdiri persis di pinggiran Sungai Pomad, Distrik Momugu, Kabupaten Asmat.

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Sertu Yuarso Mengabdi di Pelosok Papua, Tinggal di Rumah Panggung Beratap Seng
Wahyu Aji/Tribunnews.com
Sersan Satu Yuarso (40), seorang Babinsa Komando Rayon Militer Momugu beserta keluarganya. 

TRIBUNNEWS.COM, PAPUA - Panas terik menyengat kulit, menyinari rumah panggung milik Sersan Satu Yuarso (40), seorang Babinsa Komando Rayon Militer Momugu beserta keluarganya.

Terbuat dari kayu, tempat tinggal dengan luas sekitar 50 meter persegi ini berdiri persis di pinggiran Sungai Pomad, Distrik Momugu, Kabupaten Asmat.

Kamis (28/4/2016) siang, Sertu Yuarso bersama keluarga sibuk menyiapkan tamu istimewa.

Sang istri Rosalinda (38), memasak opor ayam dengan lontong dan kering ikan teri untuk menyambut tamu istimewa, yakni Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmatyo berikut Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Mulyono.

Mengenakan seragam tentara lengkap, Yuarso sudah siaga sejak pagi. Minuman ringan dingin berjejer di meja kayu di balkon rumahnya.

Hari itu, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo didampingi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Mulyono dan sejumlah pejabat TNI singgah di gubuk miliknya.

"Saya ngga pernah mimpi rumah saya bakal didatangi jenderal-jenderal begini," kata Rosalinda kepada awak media.

Berita Rekomendasi

Sambil sibuk melayani pertanyaan wartawan, wanita kelahiran Yogyakarta dan tumbuh besar di Jakarta ini menggendong putra keduanya yang berusia tiga tahun.

Rumah Rosalinda dibangun sendiri oleh suaminya Sersan Satu Yuarso. Rumah panggung ini terbuat dari kayu dan beratap seng.

Bahan kayu tersebut juga diperoleh dari bekas pembangunan dermaga di sebelah rumahnya. Tanah di bawah bangunan mereka merupakan tanah milik Dinas Perhubungan Laut.

Hampir tidak ada yang istimewa dari rumah tersebut kecuali keramahan mereka. Mereka hidup sendirian jauh dari manapun.

Karena kalau hendak ke Kabupaten Asmat dan Kabupaten Nduga harus ditempuh dengan menggunakan speedboat.

Sebagai perempuan, Rosalinda mengaku memiliki rasa takut karena harus berjuang hidup dengan suami di tanah rantau. Namun Rosalinda tetap membulatkan tekad.

"Bismillah saja mas. Allah tidak buta," katanya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas