Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jalan Panjang Warga Desa Jemah untuk Menembus Dunia Luar

Warga Desa Jemah, Jatigede, terisolasi sejak Bendungan Jatigede dialiri air. Untuk ke kampung sebelah banyak jalan yang harus dilewati.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Jalan Panjang Warga Desa Jemah untuk Menembus Dunia Luar
Tribun Jabar/Deddi Rustandi
BERJUANG KE WADO - Warga Desa Jemah harus menggunakan perahu untuk mencapai Wado, Kamis (5/5/2016). Wado adalah dunia luar terdekat, di mana dokter dan pasar menyediakan berbagai kebutuhan untuk warga Desa Jemah. 

Untuk naik perahu dari dermaga dadakan bukan perkara mudah bagi pasien. Pasien harus ditandu sejauh hampir 500 meter meniti jalan setapak yang menurun. Maklum, Sabeulit merupakan bukit, jika tak hujan jalan mudah dilalui tapi kalau hujan jalan setapak menjadi licin.

"Untuk sampai perahu pasien harus ditandu dengan dinaikkan ke kursi atau sarung kemudian ditandu menuruni bukit," kata Aga.

Sesampai di Wado, ketika perahu menepi, angkutan berganti dengan ojek yang ongkosnya Rp 10 ribu sekali jalan.

Sertifikat

Karena perahu sudah menjadi alat transportasi utama di Jemah, banyak warga Jemah yang direlokasi ke Kampung Sabeulit dan Jatimekar akhirnya menjual sapi-sapinya agar dapat membeli perahu. Terdapat lebih dari 100 kepala keluarga warga Jemah tinggal yang tinggal di lokasi yang baru ini.

"Bapak saya menjual dua sapi dan dibelikan perahu yang saya pakai ini," kata Kandar.

Menurut dia ada dua perahu yang dipakai transportasi warga Jemah untuk berbagai keperluan. "Dua perahu ini dipakai mengantar warga ke Kampung Jatimekar dan Sabeulit. Kami kebanyakan masih saudara, dan kalau ada keperluan harus naik perahu," beber dia.

Berita Rekomendasi

Kandar mengatakan, jika terpaksa, sebenarnya masih ada jalur darat yang bisa ditempuh, tapi jaraknya jauh sekali karena harus memutar lalu masuk hutan yang masih dipenuhi hewan liar.

"Kalau naik perahu jaraknya lebih pendek, paling cuma perlu 10 hingga 15 menitan dengan ongkos Rp 10 ribu sekali jalan," kata dia.

Perahu yang Kandar kemudikan dibelikan keluarganya dari Kadipaten, Majalengka. Ia harus belajar selama seminggu untuk bisa lihai mengemudikan perahu untuk antarjemput warga.

"Saya juga sudah dapat sertifikat yang saya peroleh secara gratis setelah mendapat pelatihan sebagai warga orang terkena dampak Jatigede," kata Kandar.

Menurut dia, kesulitan utama saat mengemudikan perahu di Jatigede banyak sampah yang menempel dan tergulung baling-baling perahu. Kini ia sudah hapal arah di Bendungan Jatigede dan harus mengambil jalur mana.

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas