Samad Dukung Pemangunan Jembatan Kapuas 3, Tapi Bingung Rumah dan Warungnya Bakal Tergusur
Ia mengaku telah sejak kecil tinggal di rumah tersebut, bahkan hingga kini dapat membesarkan usaha rumah makan miliknya.
Penulis: Tito Ramadhani
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH - Satu di antara warga yang bangunan miliknya berada di lokasi bakal pembangunan Jembatan Kapuas 3, Abdul Samad (54) mengaku telah mengetahui ihwal pembangunan jembatan tersebut.
Namun, menurutnya hingga saat ini ia belum mendapatkan kejelasan status apakah lahan dan rumah yang didiaminya selama ini, akan menjadi titik pembangunan jembatan Kapuas 3 tersebut.
"Pemerintah Desa melalui pengurus RT, sudah menghubungi, hanya hingga saat ini belum jelas, apakah ini benar-benar perencanaan dari pemerintah," ungkapnya kepada tribunpontianak.co.id, Sabtu (7/5/2016)
Ditegaskannya, jika kabar tersebut benar adanya dari pemerintah, terlebih-lebih pembangunan jembatan tersebut diperuntukkan bagi kepentingan umum, Samad mengaku ia akan mendukung proyek pemerintah tersebut.
"Kami sih mendukung saja, tetap mendukung untuk kepentingan kita bersama, yang penting dijelaskan keperluannya kepada kami di sini," tegasnya.
Sementara untuk harga lahan, Samad menilai pemerintah tentunya cukup bijak dalam menentukan permasalahan harga.
Karena, jika di lihat lokasi di Desa Wajok Hilir, menurutnya bukan rahasia lagi untuk harga lahan di desa tersebut.
"Bahwa sudah diketahui umum, harga tanah di sini memang tinggi," ucapnya
Samad menerangkan, ia bermukim di Desa Wajok Hilir tersebut memang sejak masih hidup bersama kedua orangtuanya.
Sehingga, secara turun temurun rumah dan lahan yang menjadi tempat tinggalnya, merupakan peninggalan dari leluhurnya.
"Inilah, tinggal satu-satunya lahan yang kami miliki di daerah Wajok. Ndak ada yang lain lagi, karena beberapa sudah dimiliki perusahaan, karena di sinikan memang kawasan industri," jelasnya
Rumah miliknya ini memang tepat berada di tepi Jalan Raya Wajok Hilir - Pontianak. Ia mengaku telah sejak kecil tinggal di rumah tersebut, bahkan hingga kini dapat membesarkan usaha rumah makan miliknya.
Dengan mempekerjakan sebanyak enam karyawan, Samad bersama istrinya, Kartini (52) dan tiga orang anaknya, Halijah (26), Novera Fitriani (14), Doni Fadlan (11). Doni kini mengelola dan tengah mengembangkan Rumah Makan Latansa.
"Selain tinggal di rumah ini, di sini juga sebagai tempat mata pencaharian saya. Karyawan saya ada enam, tingkat pendidikannya macam-macam, ada yang S1, SMA dan SMP," paparnya
Samad kembali menegaskan, ia sama sekali tak menghalangi rencana pembangunan oleh pemerintah.
Namun selain rumah dan lahan, menurut Samad, pemerintah juga perlu mempertimbangkan usahanya.
Karena menurutnya, tak mudah mengelola usaha tersebut, sejak merintis awal hingga kini dapat berkembang.
Dalam kurun waktu sekitar dua tahun ini, menurutnya omset usaha rumah makannya tersebut terus meningkat setiap bulan. Yang diduganya karena disebabkan perkembangan dunia usaha di kawasan tersebut.
"Sekian puluh tahun, sampailah omset saya sekarang sekitar Rp 4,5 juta hingga Rp 6 juta perhari. Karena selain ini, kami juga melayani pemesanan katering," papar Samad.
Usaha tersebutlah yang menurut Samad, diandalkan selama ini untuk menopang kebutuhan hidup keluarga, hingga karyawannya. Baik untuk biaya pendidikan anak-anaknya.
Jauh sebelum adanya kabar rencana pembangunan jembatan tersebut, Samad mengisahkan ia telah merencanakan untuk mengembangkan rumah makan miliknya dapat menjadi restoran.
"Saya bisa lepas lah ya, tapi karyawan saya, itu juga perlu dipertimbangkan. Kalau ditanya mendukung, saya tetap mendukung," terangnya
Jika lokasi rumahnya tersebut positif menjadi lahan rencana pembangunan jembatan. Samad mengaku masih bingung untuk berpindah tempat tinggal.
Karena ia sama sekali sudah tak memiliki lahan yang sesuai dengan kondisi kediamannya kini, yang selain menjadi tempat tinggal juga menjadi tempat usaha.
"Saya ini masih belum jelas mau lari kemana, karena merintis usaha ini kan tidaklah semudah itu kan. Biar pun itu pindah, kan tidak mudah dan cepat. Lahan sih ada, tapi kaplingan, ndak bisa untuk buka usaha. Kalau untuk buka usahakan tentu harus strategis seperti di sini," sambung Samad.(*)