Kepala Desa Tak Tahu Keluarga Bupati Pekalongan Hidup di Tengah Rob
Pelaksana Tugas Kepala Desa Tegaldowo, Muhadiyono, tak tahu ada keluarga Bupati Pekalongan, Amat Antono, hidup susah di tengah air rob.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Raka F Pujangga
TRIBUNNEWS.COM, PEKALONGAN - Pelaksana Tugas Kepala Desa Tegaldowo, Muhadiyono, tak tahu ada keluarga Bupati Pekalongan, Amat Antono, hidup susah di tengah air rob.
"Saya tidak tahu ada kelurganya di sini (keluarga Amat Antono)," ujar Muhadiyono kepada Tribun Jateng di kantornya, Rabu (18/5/2016).
Muhadiyono mengaku meski keluarga Amat Antono berasal dari Kelurahan Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, bukan berarti harus sering ke sana.
Daryati (68) menunggu Sandilin (70) yang hanya bisa terbaring di ranjang rumahnya di RT 1 RW 1 Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, Rabu (18/5/2016). Tiga tahun terakhir rumahnya diterjang rob. TRIBUN JATENG/RAKA F PUJANGGA
"Pak Bupati yang diurusi itu bukan hanya di sini saja, tapi juga daerah yang lainnya," kata dia.
Dia mengaku selalu memberikan bantuan kepada warga yang terdampak rob air laut di wilayahnya.
"Kondisi sekarang ini lumayan agak surut daripada beberapa hari lalu. Biasanya kami mengurangi robnya ditinggikan pakai karung-karung dan disedot pakai pompa air gratis," jelas Muhadiyono.
Bahkan, jika kondisi air tinggi pihaknya membantu untuk mengevakuasi warga dari rob. Berdasarkan informasi warga, Sabtu (14/5/2016) malam, ketinggian rob mencapai lutut orang dewasa.
"Kami evakuasi jika kondisi robnya tinggi. Kalau sekarang ini sudah agak surut," imbuh dia.
Kerabat Bupati Pekalongan yang dimaksud adalah Sandilin (70) dan istrinya, Daryati (68). Keduanya tinggal di rumah yang digempur rob air laut dan sengsara.
Warga RT 1/1 Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, tiga tahun terakhir harus tinggal di rumahnya yang terkepung rob, tak peduli musim hujan atau panas.
Bupati Pekalongan, Amat Antono, merupakan keponakan Dariyati. "Ibunya Pak Antono itu kakak saya. Jadi Antono itu kalau manggil saya Lek," kata Dariyati di rumahnya, Rabu (18/5/2016).
Pasangan suami istri itu tinggal dalam kesulitan karena sudah tidak bekerja. Untuk mendapatkan makan sehari-hari, mereka mengandalkan pemberian anak-anaknya.
Kelima anak Sandilin dan Dariyati sudah tidak tinggal terpisah dan membina keluarganya masing-masing. Meski begitu, pasangan ini enggan direlokasi dari lokasi rob karena sudah 17 tahun tinggal di sana.
"Kalau pindah saya tidak mau, tapi kalau ada yang mau meninggikan rumah ini biar enggak kena rob," jelas Dariyati.
Urusan rumah belum beres dan kerap terempas rob, Sandilin sejak dua tahun lalu hanya bisa diam di tempat tidur dan memerlukan perhatian khusus.
Sandilin divonis dokter menderita pengeroposan tulang sehingga tidak lagi bisa berjalan. Ongkos pengobatan selama ini berasal dari kantong sendiri, karena tak mendapatkan bantuan kesehatan dari pemerintah daerah.
"Kemarin saya juga berobat di RS Budi Rahayu, enggak berobat di RSUD Kraton (milik Pemkab Pekalongan). Saya juga enggak punya Jamkesmas," ujar Sandilin.
Wiwiek (36), anak bungsu pasangan ini bercerita selama ini Amat Antono tak pernah datang menjenguk keluarga tersebut.
Tapi setiap tahun, sang bupati selalu mengirimkan parsel lebaran berupa beras dan uang sebesar Rp 100 ribu. "Datang ke sini belum pernah," jelas Wiwiek.
Kasih sayang mereka terhadap Amat Antono tak pernah putus karena masih bertalian keluarga. "Waktu Pilkada kemarin juga kami pilihnya Pak Antono, karena tahu masih keluarga sendiri," beber dia.