Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Inovasi Penghematan Energi Listrik di Sekolah Ala Sunardi

Bekerjasama dengan warga sekitar yang banyak beternak sapi, Sunardi berhasil membuat biofuel yang dihasilkan oleh kotoran sapi

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Inovasi Penghematan Energi Listrik di Sekolah Ala Sunardi
smkn2-pbl.sch.id/dok
Sunardi, Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Kota Probolingo (paling kanan) memberikan penjelasan kepada tamunya 

TRIBUNNEWS.COM, PROBOLINGGO  – Dalam bahasa Sanskerta, Probo memiliki arti sinar sedang Lingga berarti tanda perdamaian. Jika digabungkan, Probolingga memiliki arti sinar sebagai sebuah tanda perdamaian.

Terletak di provinsi Jawa Timur, kota Probolingga atau Probolinggo menjadi jalur utama pantai utara yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Bali.

Kota yang kaya akan potensi pariwisata ini sayangnya memiliki tantangan dalam bidang pendidikan dan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan.

Keadaan ini membangkitkan semangat Sunardi yang kini menjabat sebagai Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Probolinggo, untuk melakukan inovasi demi menyelenggarakan pendidikan yang berkelanjutan.

Ayah empat anak ini memperkenalkan sebuah program yang diberi nama “Sagu Sapo”, kepanjangan dari Satu Guru Satu Pohon.

Melalui program ini, sebanyak 172 guru dari berbagai sekolah di Probolinggo diajak untuk menanam satu pohon mangrove di pesisir pantai Probolinggo.

Selain guru, siswa-siswi di 20 sekolah ini juga diajak untuk menanam pohon, melalui gerakan “Samu Sapo” (Satu Murid Satu Pohon), yang mengikutsertakan 1.654 peserta.

Berita Rekomendasi

“Selain penanaman pohon mangrove untuk tujuan konservasi alam, kesadaran untuk merawat alam dan lingkungan juga perlu dibentuk. Kebanyakan warga tahu cara membuat, namun sangat sukar untuk merawat,” ujar Sunardi.

Menjawab tantangan ini, sebuah program bernama “Jumpa Berlian” (Jumat Pagi Bersihkan Lingkungan Anda) menjadi solusinya.

Melalui program ini, Pria yang gemar jogging ini mengajak siswa-siswi di Probolinggo untuk bekerjasama membersihkan lingkungan sekolah mereka.

Disamping kegiatan pelestarian dan kebersihan lingkungan dengan menggandeng berbagai sekolah di Probolinggo, Sunardi juga memprakarsai pembuatan peralatan tenaga surya yang mengalirkan energi listrik di berbagai sekolah.

Selain itu, dengan bekerjasama dengan warga sekitar yang banyak beternak sapi, Sunardi berhasil membuat biofuel yang dihasilkan oleh kotoran sapi, dimana 20kg kotoran sapi dapat menghasilkan energi panas yang dapat digunakan untuk memasak skala besar selama 3 jam.

“Saya ingin menciptakan kemandirian energi. Energi baru yang diciptakan ini harus dapat dinikmati masyarakat secara langsung dan juga ramah lingkungan. Pembinaan ke masyarakat dan berbagai sekolah merupakan sebuah tantangan yang besar di awal. Menciptakan pemahaman dan pemikiran yang sama menjadi kunci keberhasilan proyek ini,” jelas Sunardi.

Pembuatan biofuel ini, bisa menghasilkan penghematan tagihan listrik bulanan tiap sekolah. Semula, setiap sekolah harus membayar tagihan listrik Rp 28-30 juta setiap bulannya turun hingga hingga 42% menjadi Rp 16-17 juta per bulan.

“Saya bangga bahwa sejak tahun 2010, kota Probolinggo telah dianugerahi gelar Kota Adiwiyata karena dinilai telah turut melaksanakan upaya-upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan generasi saat ini, maupun yang akan datang. Dahulu masih banyak sekolah yang kumuh, namun saat ini banyak sekolah yang sudah semakin hijau dan sebanyak 20 sekolah telah memenangkan Penghargaan Sekolah Adiwiyata,” jelas Sunardi.

 Oleh karena komitmen dan kontribusi nyata ini, Sunardi dianugerahi penghargaan Local Hero kategori “Pertamina Cerdas” oleh PT. Pertamina (Persero), pada tahun 2014 lalu. Pertamina menilai, bahwa apa yang telah dilakukan Sunardi sangat menginspirasi khalayak luas, untuk mulai peduli terhadap lingkungan serta menciptakan energi baru terbarukan,

 Untuk mendukung program ini, pada tahun 2014, PT. Pertamina (Persero) memberikan bantuan dana yang mendukung SMK Negeri 2 Probolinggo untuk menerima dan mengajar 87 siswa kurang mampu dari Papua dan melanjutkan kuliah.

 “Kedepannya, sinergi dengan berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat dan pemerintah menjadi hal yang krusial untuk terus menumbuhkan kelompok-kelompok yang peduli terhadap lingkungan.” tutup Sunardi.

 Komitmen Sunardi membawa semangat dan sinar baru bari Probolinggo dan Indonesia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas