Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengulas Kearifan Lokal Surabaya Lewat Buku 'Prejengane Kutho Suroboyo'

Kumpulan tulisan 18 penulis Forum Lingkar Pena Surabaya yang terangkum dalam buku 'Prejengane Kutho Suroboyo' diluncurkan di Surabaya.

Penulis: Monica Felicitas
Editor: Y Gustaman
zoom-in Mengulas Kearifan Lokal Surabaya Lewat Buku 'Prejengane Kutho Suroboyo'
Surya/Monica Felicitas
Buku Prejengane Kutho Suroboyo hasil 18 penulis Forum Lingkar Pena Surabaya diluncurkan di Gedung BK3S, Jalan Tenggilis, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (26/5/2016). 

Laporan Wartawan Surya, Monica Felicitas

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Lagu Rek Ayo Rek mengiringi peluncuran 'Prejengane Kutho Suroboyo,' hasil karya 18 penulis Forum Lingkar Pena Surabaya, di Gedung BK3S, Surabaya, Kamis (25/6/2016).

Sastrawan sekaligus sejarawan Dukut Imam Widodo, budayawan M Shoim Anwar, turut hadir sebagai pembedah buku setebal 300 halaman itu.

Kumpulan tulisan yang dimulai sejak 2014 ini mengulas tradisi, asal usul, makanan khas, permainan, tarian dan aspek lain tentang Surabaya yang selama ini tak diketahui publik.

Tamu dari berbagai instansi yang hadir dalam acara ini berjumlah ratusan. Mereka beruntung mendapat buku yang menggunakan bahasa Suroboyoan ini secara gratis.

Delima Ayu (26), karyawan perusahaan salah satu rokok di Surabaya,sesekali tertawa membaca salah satu tulisan di dalamnya.

"Buku ini sangat menarik, sampai legenda Sumurwelut di barat Surabaya yang banyak orang tak tahu ada di sini. Pakai bahasa Surabaya juga. Sangat menarik minat untuk terus membacanya," ujar Delima kepada Surya (Tribun Network).

BERITA TERKAIT

Agustha Ningrum (22), seorang penyumbang sejumlah tulisan di buku ini mengangkat kearifan lokal Surabaya lewat kuliner di antaranya semanggi dan rujak cingur.

Perempuan asal Kudus yang mengambil jurusan tata boga di Universitas Surabaya ini turut mengulas tentang dulinan atau permainan tempo dulu yang pernah ada di Surabaya.

Ia mencontohkan papan congklak dewasa ini dikenal terbuat dari kayu, padahal orang dulu untuk bermain congklak harus menggali lubang-lubang di tanah.

"Di dalam buku ini semua akan terulas, mungkin masyarakat asli Surabaya pun belum tentu tahu ada beberapa aspek di Surabaya yang sudah terlupakan, tapi menarik untuk diketahui," cerita Agustha.

Menurut dia, buku ini sekaligus menunjukkan tak sedikit dolanan dulu sangat ramah lingkungan, berbanding terbalik dengan permainan zaman sekarang yang tergantikan oleh teknologi digital.

Penggunaan bahasa Suroboyoan di seluruh tulisan memang disengaja untuk menghadirkan kesan jenaka. Tak jarang pembaca akan banyak menemukan bahasa sehari-hari Arek Suroboyo yang lucu dan penuh banyolan.

"Orang yang enggak tahu bahasa Surabaya tertarik ingin mengetahui. Selain menambah wawasan juga bisa belajar bahasa Surabaya. Tujuannya melestarikan kekayaan Surabaya," imbuh dia.

Sayang buku ini belum dikomersilkan, tapi Forum Lingkar Pena Surabaya menghibahkan seribu eksemplar 'Prejengane Kutho Suroboyo' ke perpustakaan, sekolah-sekolah, pondok pesantren dan panti sosial.

"Harapannya generasi muda lebih mengenal kearifan lokal yang ada di kota Surabaya, dan mengenal kotanya sendiri. Solusinya dengan membaca 'Prejengane Kutho Suroboyo,'" pesan Agustha.

Penulis buku ini di antaranya Nurhayati, Slamet Widodo, Ibra Maulan, Agustha Ningrum, Putri Anggraeni, Dyah Ayu Pitaloka, Afera Fajar, Hanna Lina, Retno Fitriyanti, Ihdina Sabili, Siti Muyasaroh, Muhammad Noevil, Muhammad Khoirurroziqin, Heri Purwabto, Hendro Lisa, Ratna W Anggraini, Maulana Syarifudin, dan Muhammad Allan.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas