Negara Lain Menginginkan Apa Dipunyai Indonesia
wujud rasa nasionalisme yang dia lakukan adalah menjaga alam Indonesia, khususnya NTT yang berada di garis luar Indoenesia
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, KUPANG - Inayah Wahid, tokoh muda Indonesia anak muda Indonesia yang tinggal di perbatasan, harus terus menumbuhkan rasa cinta pada Indonesia dan mensyukuri semua berkah yang sudah kita miliki.
"Banyak bangsa lain yang tidak memiliki kekayaan seperti yang kita miliki, dan sangat menginginkan apa yang kita punya, sehingga sudah sepatutnya kita bersyukur dan memanfaatkan berkah ini dengan sungguh-sungguh untuk kemajuan bangsa," katanya di Kupang, Sabtu (4/6/2016).
Puteri mantan Presiden Abdurrahman Wahid ini menyampaikan di hadapan lebih 4.000 ribu mahasiswa Universitas Nusa Cendana, Kupang, Nusa Tenggara Timur dalam acara Road to Campus yang digagas Djarum Foundation sejak tahun 2007.
Dikatakannya, apabila rasa cinta dan syukur sudah muncul, maka kita tidak akan fokus pada 'kemilau tetangga' lagi, karena kita akan sibuk untuk memberikan yang terbaik buat Indonesia.
"Kita akan menemukan banyak sekali cara untuk menunjukkan kecintaan kita tersebut lewat apapun yang kita bisa perbuat. Tidak peduli di mana berada dan apa pun posisi kita," katanya.
Inayah mencontohkan, seperti yang dia lakukan melalui organisasi yang didirikannya, Positive Movement.
Gerakan yang mengajak kaum muda selalu berpikir dan bertindak positif, mensyukuri apa yang dimiliki, tapi tidak berhenti berbuat sesuatu yang positif yang berguna untuk banyak orang.
"Seperti pesan almarhum Bapak saya, sebaik-baiknya manusia hidup, adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain tanpa memandang latar belakang apapun. Karena mereka semua adalah sama Indonesia, dan lebih luas lagi, sama-sama manusia", papar Inayah Wahid.
Dalam kesempatan sama, Pater Gregorius Neonbasu SVD, menambahkan bangsa Indonesia sangat kaya dan memliki falsafah Bhininneka Tunggal Ika.
"Perlu lebih menekankan ‘bhinneka’ dibandingkan ‘ika’ sehingga kaum muda harus merevisit, merejuvenate dan merevitalisasi nilai-nilai luhur kita," katanya.
Aleta Baun, perempuan pahlawan lingkungan dari NTT yang berani melawan perusahaan-perusahaan tambang perusak lingkungan, bahkan hingga mempertaruhkan nyawanya, wujud rasa nasionalisme yang dia lakukan adalah menjaga alam Indonesia, khususnya NTT yang berada di garis luar Indoenesia.
"Batu adalah tulang, air adalah darah. Jika tulang dan darah rusak, maka rusak tubuh kita sebagai manusia. Begitu juga jika batu dan air rusak, maka rusak pula akan kita, Indonesia," ujar Aleta Baun, yang mendapat penghargaan dunia di bidang lingkungan hidup.
Lounardus Saptopranolo, Program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation Road to Campus (RTC) merupakan talk show singkat tentang wawasan kebangsaan yang dikemas dengan sangat interaktif dan menarik ke berbagai Perguruan Tinggi, yang telah dijalankan oleh
Acara di Kupang, Nusa Tenggara Timur ini menutup rangkaian Program RTC 2016 bertajuk "Nasionalisme di Garis Batas" yang telah hadir di 3 universitas berbatasan langsung dengan negara tetangga Indonesia, yakni Universitas Borneo Tarakan (13 Februari 2016) dan Universitas Musamus Merauke (30 April 2016).
“Road to Campus hadir sebagai bagian dari komitmen kami memberikan soft skills kepercayaan diri dan wawasan kebangsaan pada kaum muda sebagai bagian dari bangsa yang tangguh berkompetisi di era globalisasi,” ujarnya.