Kampung Wisata Batik Nasional Segera Dibangun di Banyuwangi
Karena dibangun di Banyuwangi, kawasan itu nantinya mengambil lanskap salah satu motif batik setempat.
Editor: Wahid Nurdin
Laporan wartawan Surya, Haorrahman
TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Banyuwangi akan segera miliki Kampung Wisata Batik. Kampung Wisata Batik yang bekerja sama dengan Universitas Ciputra tersebut, akan menjadi etalase semua jenis batik ramah lingkungan yang ada di Indonesia lengkap dengan ceritanya.
Karena dibangun di Banyuwangi, kawasan itu nantinya mengambil lanskap salah satu motif batik setempat.
Di dalamnya juga dilengkapi 13 rumah tradisional dari berbagai provinsi di Indonesia yang merupakan penghasil batik.
Selain itu, ada fasilitas penunjang seperti cottages (mini hotel), food and beverage stalls, taman bunga, fishing pind (kolam ikan), wahana permainan alam, jalur berkuda, dan sebagainya.
Pihak Universitas Ciputra, yang diwakili oleh dosen, Juliuska Sahertian dan Kepala Laboratorium Fashion Department, Fabio Ricardo Toreh, telah bertemu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi.
”Kami melihat berbagai peluang dan tantangan batik di Indonesia. Misalnya, masih banyak perajin batik di Indonesia yang menggunakan bahan kimia, bukan pewarna alam. Kampung wisata batik nantinya akan menjadi pusat pembelajaran, pengembangan, dan pemasaran batik,” ujar Juliuska, Minggu (12/6/2016).
Juliuska menambahkan, Banyuwangi dipilih lantaran mempunyai perkembangan batik yang signifikan.
Industri kreatif berbasis fesyen ini di Banyuwangi dipadukan dengan pengembangan pariwisata.
Banyuwangi juga dinilai cocok karena mempunyai infrastruktur transportasi yang lengkap, mulai dari darat, laut, maupun udara serta dekat dengan Bali sebagai jantung utama pariwisata Indonesia.
"Kampung wisata batik ini bagian dari Program Wisata Inti Rakyat (PIR) yang kami desain untuk menghidupkan pariwisata perdesaan," ujarnya.
Untuk tahun tahun pertama, Ciputra melakukan studi kelayakan. Tahapannya, lima bulan ke depan akan dicari gambaran untuk kampung wisata batik, lalu persiapan lahan selama tujuh bulan.
Tahapan berikutnya adalah perencanaan bisnis pembangunan kampung wisata batik.
”Ciputra akan menurunkan tim, baik yang mengajarkan pembuatan batik ramah lingkungan maupun mengedukasi bagaimana mendesain skema fesyen batiknya ke perajin lokal. Setelah siap, lalu dimulai pembangunan kampung wisata tersebut,” jelasnya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas merespons gagasan tersebut. Adanya kampung wisata ini bisa mendorong tumbuhnya industri batik. Kreativitas pembatik lokal pasti akan tumbuh mulai dari pengembangan motif hingga desain fashion.
”Didukung Pemprov Jatim, tahun ini mulai dirintis Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan batik di Banyuwangi. Lalu Oktober mendatang, Kementerian Perindustrian mengumpulkan pewarna alam se-Indonesia untuk ditampilkan di Banyuwangi. Sekarang para perajin batik giat berproduksi karena laris seiring banyaknya wisatawan,” kata Anas.
Anas menegaskan, pengembangan industri batik di tempatnya ke depan bakal tetap menempatkan UMKM lokal sebagai pilar utama.
”Siapapun yang ingin mengembangkan batik Banyuwangi harus dengan pendekatan lapangan pekerjaan dan transfer knowledge ke UMKM lokal,” pungkasnya. (haorrahman)