Berkaca Dari Anaknya yang Tewas, Orangtua Korban Harapkan Pemkot Tertibkan Layang-layang
Namun, kerap memang bermain mengejar layang-layang bersama teman-temannya.
Penulis: Tito Ramadhani
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Orangtua korban, Faizi Busri mengungkapkan, anak bungsunya yang lahir di Pontianak pada 6 Mei 2004, Fikri As Saiydah, dikenalnya tak pernah bermain layang-layang.
Namun, kerap memang bermain mengejar layang-layang bersama teman-temannya.
"Anak saya ini ndak pernah main kelayang, lihat saja, di rumah nggak ada kelayang. Tapi mungkin saat bermain, dia ikut dengan teman-temannya mengejar layang-layang. Pas talinya jatuh, mungkin ditarik sama dia, nggak tahu juga mungkin ada kawat yang mengalir listrik," ungkapnya saat ditemui di kediamannya di Gang Lanjut No 25, Jl Merdeka, Pontianak Kota, Selasa (14/6/2016) malam.
Faizi mengatakan, tak lama setelah kejadian, ia mendapatkan kabar tersebut. Menurutnya, anak bungsunya tersebut sempat dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Santo Antonius (RSSA), namun nyawa Fikri juga tetap tidak dapat diselamatkan.
"Di rumah sakit denyutnya masih ada di grafik, tapi lemah. Mungkin terlambat bawanya ke rumah sakit, dia pun puasa juga, jadi lemah kan," jelasnya.
Ia berharap, kasus yang menimpa anaknya ini, dapat menjadi perhatian serius dari Pemerintah Kota Pontianak. Agar, dikemudian hari, tidak ada lagi korban-korban berikutnya.
"Kalau bermain kelayangan harusnya ada tempat tertentu. Yang tidak mengganggu dan membahayakan bagi warga lainnya. Jangan sampai ada kejadian lagi kepada orang lain, saya kecewa betul. Kalau bisa jangan ada yang main kelayangan lagi, ditertibkanlah," harapnya.
Sebelumnya diberitakan, seorang anak usia 12 tahun, Fikri As Saiydah tewas kesetrum listrik, setelah memegang tali layang-layang yang dikejarnya di Gang Belibis, Jl Merdeka, Pontianak Kota, Selasa (14/6/2016) sekitar pukul 16.30 WIB.
Pantauan tribunpontianak.co.id, sanak keluarga dan kerabat dekat, tampak berurai air mata saat jenasah anak bungsu dari tujuh bersaudara tersebut tiba di rumah.
Ibu korban, Maryani terlihat syok, berkali-kali ia menatap wajah anaknya. Ia memeluk dan menciumnya putra bungsunya tersebut. Sejumlah kerabat, dan anak sulungnya, Fani (34) tampak berupaya menenangkan Maryani.
Saat ini, rumah duka masih terus didatangi keluarga, warga dan kaum kerabat yang baru bisa berta'jiah, oleh karena hujan deras yang sebelumnya turun baru saja mereda.(*)