Gatot Kecewa Rumah Sakit Tolak Merawat Ibunya Meski Rutin Bayar Iuran BPJS
Petani di Koba ini mengaku ikut BPJS Kesehatan sejak dua tahun yang lalu, dengan membayar iuran Rp 80 ribu per bulan per orang, untuk layanan Kelas I.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Bangka Pos, Alza Munzi
TRIBUNNEWS.COM, PANGKALPINANG - Berbekal kartu BPJS Kesehatan, Gatot (46) warga Koba membawa ibunya, Fatimah (79) ke RSUD Bangka Tengah, Senin (13/6/2016) sekitar pukul 09.00 WIB.
Saat itu, kondisi Fatimah dalam keadaan lemah akibat penyakit maag kronis dan gangguan jantung yang dideritanya.
Melihat kondisi pasien, tim medis merawat Fatimah di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan memasang infus dan selang bantuan pernafasan.
Namun sayangnya, pihak rumah sakit tak dapat menerima perawatan Fatimah lebih lanjut dengan alasan tidak ditanggung BPJS Kesehatan.
"Masya Allah, saya sedang berpuasa dihadapkan kondisi seperti itu. Ibu saya sudah lemah, jantung lemah dipasang selang oksigen, kata dokter di poli umum tidak bisa dirawat inap. Kata dia, kondisi ibu saya belum masuk kategori tanggungan BPJS untuk rawat inap," ungkap Gatot sedih saat menghubungi Bangka Pos (Tribunnews.com Network), Selasa (14/6/2016).
Hanya saja, lanjut Gatot, dokter tersebut menawarkan dapat dirawat inap dengan catatan sebagai pasien umum bukan tanggungan BPJS Kesehatan.
Tentunya, penjelasan itu membuat Gatot bertanya-tanya dan semakin bingung. Menurut dokter itu, kata Gatot, ada dokter khusus yang melayani pasien BPJS Kesehatan.
"Saya bingung, kami berobat di RSUD Bateng yang melayani pasien BPJS Kesehatan. Kenapa ada perbedaan dokter seperti itu, apa tidak sama dokter BPJS dengan dokter rumah sakit," ujarnya.
Petani di Koba ini mengaku ikut BPJS Kesehatan sejak dua tahun yang lalu, dengan membayar iuran Rp 80 ribu per bulan per orang, untuk layanan Kelas I.
Setiap bulan, Gatot rutin membayar Rp 480 ribu dengan harapan dia bersama istri dan tiga anaknya ditambah satu orang ibunya mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.
Sebelumnya, dia juga pernah membawa ibunya dengan penyakit yang sama ke RSUD Bateng dan menjalani rawat inap selama empat hari.
Saat itu, dia juga menggunakan BPJS Kesehatan berobat di rumah sakit pemerintah daerah tersebut.
"Sakit itu tidak bisa dikompromi, makanya saya yakin ikut BPJS Kesehatan. Tetapi kalau pelayanan seperti ini, tentunya kami kecewa," kata Gatot.
Akhirnya, di tengah ketidakberdayaan, sekitar pukul 14.00 Senin kemarin, Gatot membawa pulang ibunya yang sudah renta dari ruang perawatan IGD RSUD Bateng.
"Ibu saya minta infus dicabut, selang oksigen dicabut, dia memilih pulang saja. Karena kalau biaya sendiri, kami tidak mampu. Kami kena biaya berobat hari itu sekitar Rp 200 ribu diluar BPJS. Tolonglah, jangan sampai terjadi dengan pasien BPJS lainnya," ungkap Gatot dengan suara bergetar.
Sementara, sedang diupayakan konfirmasi dengan pihak RSUD Bateng terkait keluhan dan kekecewaan pasien BPJS Kesehatan asal Koba tersebut.