Menengok Panti Asuhan Al Muallaf, Semua Pengurusnya Mualaf
Bersama suaminya yang beragama islam Alm Andi Ilham Nawir, ia mendirikan panti asuhan empat tahun silam, tepatnya pada tahun 2012.
Penulis: Fahrizal Syam
Editor: Wahid Nurdin
Dua anak terakhir yang diterima panti asuhan ini bahkan memiliki cerita yang mengiris hati Malanita dan keluarganya. Salah satu anak ia temukan di depan pintu panti asuhannya, diletakkan oleh seseorang yang hingga kini tak ia ketahui siapa identitasnya.
Sementara satu orang anak lainnya ia terima dari orang yang ingin membuang bayinya. "Tiga orang datang membawa anak yang baru lahir dan sangat kecil, katanya umur kelahiannya cuma enam bulan, kondisinya sangat memperihatinkan, tubuhnya sangat kecil bahkan tak lebih besar dari anak kucing," katanya.
Marlanita tak punya jalan lain, ia harus menerima bayi tersebut karena sang ibu mengancam akan membuang bayi itu jika ia tolak. "Dia bilang sudah tak ada panti yang mau terima, saya kasihan daripada dia buang bayinya, jadi saya terima dan rawat," pungkasnya.
Bayi tersebut kini telah tumbuh sehat dan dinamai Bilqis Nayla, msementara orang yang menitipkannya tak pernah lagi ada kabarnya.
Keluarga Marlanita menghidupi panti asuhannya dari usaha berjualan obat herbal. Selama ini ia mengaku tak pernah mendapat bantuan dari pemerintah maupun dinas sosial. Ia selalu berusaha menghidupi pantinya dengan cara mandiri. "Bagi saya selalu ada yang namanya mukjizat. Allah pasti akan selalu membantu hambanya, kami tidak pernah dibiarkan kelaparan," ujarnya.
Meskipun begitu ia tetap berharap ada pihak yang akan memberinya bantuan. "Yah saya berharap ada bantuan seperti kasur atau tempat yang lebih layak untuk anak-anak tidur, karena tempat ini cuma kami kontrak," kata dia.
Mimpi Bertemu Kyai Bertasbih Emas
Marlanita muallaf pada tahun 2009. Namun pada masa awal berpindah keyakinan itu, ia mengaku tak terlalu mendalami islam. "Waktu awal yah cuma namanya islam, saya tidak salat dan lain sebagainya," kata dia.
Suaminya yang bekerja sebagai seorang pemandu wisata juga tak dapat berbuat banyak untuk meyakinkan Marlanita yang telah menjadi muallaf.
Namun, Allah menunjukkan hidayah kepadanya. Marlanita terserang penyakit kista dan kanker payudara. Selama tiga bulan ia sekarat dan tak bisa melakukan banyak aktifitas, ia hanya bisa berbaring menghabiskan waktunya.
Pada suatu malam Jumat, ia bermimpi didatangi oleh seorang yang berpenampilan seperti kyai dengan membawa tasbih emas. Dalam mimpinya Marlanita ditawarkan kesembuhan dengan syarat ia harus memperdalam ajaran Islam dan berpuasa selama 70 hari tanpa terputus dilanjutkan dengan puasa Senin Kamis.
Marlanita menerimanya, ia pun diberi contoh selembar daun, dan diminta mencari daun tersebut yang tumbuh tak jauh dari rumahnya. "Ada daun, tapi saya kurang tahu daun apa namanya, itu seperti daun kacang, ia minta saya mencarinya di dekat rumah, dan ternyata memang ada tumbuh di sana," katanya.
Daun tersebut direbus, dan air hasil rebusannya kemudian ia minum. "setelah saya minum sakit saya benar-benar membaik, kanker payudara saya terus mengeluarkan darah kotor hingga akhirnya sembuh tanpa operasi," ucapnya.
Ia juga menjalankan puasa selama 70 hari tanpa terputus, hingga akhirnya penyakitnya sembuh total. Dari mimpinya itu juga ia memperoleh ilmu meracik obat herbal yang kini ia paki sampai saat ini. Setelah kejadian itu, ia pun kini semakin memperdalam agama Islam.(*)