Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini Cara Cegah Peredaran Vaksin palsu

Sebab vaksin yang dikemas dengan botol itu rentan untuk dipakai ulang, tidak seperti vaksin yang dikemas dengan kemasan tertentu.

Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Wahid Nurdin
zoom-in Ini Cara Cegah Peredaran Vaksin palsu
TRIBUN JABAR/TEUKU MUH GUCI S
PT Bio Farma menggelar jumpa media di kantornya, Jalan Pasteur nomor 28, Kota Bandung, Kamis (30/6/2016). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG – PT Bio Farma membeberkan beberapa antisipasi untuk mencegah terjadinya peredaran vaksin ulang.

Menurut Presiden Direktur PT Bio Farma, Iskandar, fasilitas kesehatan harus memiliki fasilitas untuk menghancurkan limbah vaksin sehingga jangan sampai dipakai lagi.

Pernyataannya bukan tanpa alasan. Sebab vaksin yang dikemas dengan botol itu rentan untuk dipakai ulang, tidak seperti vaksin yang dikemas dengan kemasan tertentu.

Maka dari itu, fasilitas kesehatan terutama Puskesmas dan Posyandu harus memiliki fasilitas penghancur limbah.

“Harus segera diantisipasi agar tidak terulang,” kata Iskandar kepada wartawan pada jumpa media di kantornya, Jalan Pasteur nomor 28, Kota Bandung, Kamis (30/6/2016).

Iskandar menambahkan, setiap vaksin produk Bio Farma memiliki vaksin vial monitor (VVM). VVM ini ditempel di setiap botol vaksin untuk melihat perubahan temepratur. Menurutnya, VVM akan berubah warna jika terjadi perubahan suhu di sekitarnya.

“Ini bisa dipakai untuk identifikasi asli atau palsu. Kalau yang asli tidak akan pernah ada perubahan karena VVM ini dibuat satu perusahaan di Amerika. Bisa saja dipalsukan tapi yang palsu tidak akan berubah warna,” kata Iskandar.

Berita Rekomendasi

Direktur Marketing PT Bio Farma, Mahendra Suhardono, menilai, pencegahan merupakan hal yang paling penting untuk mengantisipasi adanya vaksin palsu. Artinya, fasilitas kesehatan harus membeli vaksin dari distributor resmi.

“Jadi umpanya ada faskes ditawarkan vaksin dengan diskon banyak jangan mau. Paling pas itu pencegahan jangan sampai beli dari yang tidak resmi,” kata Mahendra.

Diakui Mahendra, memang sulit membedakan vaksin palsu dan asli jika dilihat dengan kasat mata. Apalagi banyak tenaga kesehatan yang tidak tahu jenis-jenis vaksin. Namun sekilas perbedaan bisa dilihat dari kode produksi dan masa kadaluarsa.

“Kalau yang dipalsukan itu biasanya ada keanehan di kode batch dan expired date-nya. Pembeli itu harus lihat itu yang bisanya ekspirenya dua tahun jadi empat tahun. Ini ada apa,” ujar Mahendra.

Ia pun meminta, calon pembeli yang melihat keanehan itu segera menginformasikan ke BPOM atau bisa menanyakan langsung ke produsen.

Pihaknya kini telah berkoordinasi dengan distributor dan menugaskan tenaga pemasaran untuk datang ke faslitas kesehatan.

Mereka diminta melihat stok vaksin, mengecek kode produksi, dan mengecek faktur vaksin yang telah diterima fasilitas kesehatan.

"Kalau beli dari distributor resmi itu pasti asli. Kalau masih ragu dan dukungan dari distributor itu akan dikeluarkan surat asli. Kalau perlu dukunga biofarma silahkan. Surat distributro itu kana kami kuatkan,” kata Mahendra. (cis)

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas