Tidur Satu Jam Sehari, Ini yang Dikerjakan Wali Kota Risma
Usai meladeni salam-salaman dan foto bersama, Risma menceritakan alasan dirinya hanya tidur selama satu jam belakangan ini kepada Surya.
Penulis: Monica Felicitas
Editor: Wahid Nurdin
Laporan wartawan Surya, Monica Felicitas
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Usai meladeni salam-salaman dan foto bersama, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menceritakan alasan dirinya hanya tidur selama satu jam belakangan ini kepada Surya (Tribunnews.com network).
"Aku ngerjakan rekomnya anak-anak, saya kerjakan sendiri. Aku pingin tahu, karena banyak anak-anak yang ditemukan Satpol PP, seperti kelas 5 SD, sudah mabuk-mabukan. Kebanyakan dari anak nggak mampu. Aku pingin tahu, aku bisa belajar data dari anak-anak itu, sekolah dimana aku sudah tau sekarang, dimana saja sekolah yang kurang," pungkas Risma.
Risma menambahkan, tidak hanya dilihat, Risma juga menganalisa adanya kekurangan pada anak-anak Surabaya, khususnya dibidang pendidikan.
"Dari hal yang sudah di petakan ini, aku punya program khusus untuk sekolah, dengan anak-anak itu, sudah tau sekolah mana saja, dan akan segera direalisasikan," jelas Risma.
Risma menceritakan, saat ini banhak ditemukan anak nakal, yang diserahkan oleh warga kampungnya ke Kampung Anak Negeri, yang merupakan binaan Dinsos Surabaya, khusus bagi anak-anak jalanan.
"Setelah tak liat IQ mereka dibawah rata-rata, tapi fisik mereka yang kuat. Aku cek dari sekolah apa iya begitu, dan ternyata ada hubungannya," jelas Risma.
Risma menambahkan, pemkot Surabaya akan mengecheck tingkat IQ anak-anak yang sudah terdata oleh Pemkot Surabaya, guna pemanfaataan pada bidang lain, khususnya bidang yang mengandalkan fisik, seperti atletik.
"Itu datanya anak-anak kalau ditumpuk keatas ada mungkin 2 meter. Sekarang aku bisa metakan, insyaallah anak-anak ini ada program khusus. Satu persatu tak disposisi, mangkanya itu sampai lupa waktu," celetuk Risma.
Risma mengatakan, keprihatinannya pada orang tua yang belum dapat memahami anak-anaknya, terutama pengarahan dalam bidang pendidikan.
"Ada juga orang tua yang mau menyekolahkan anaknya, dengan program bantuan dari Pemkot Surabaya, bagi yang tidak mampu, tapi malah menyerahkan akta kelahiran dan KTP ke saya. Lah mana ijasahnya, sedih aku," pungkas Risma.
Risma selanjutkan akan membuat database, dan terus menganalisa perkembangan pendidikan anak-anak di Kota Surabaya menggunakan software, agar grade anak-anak Surabaya khususnya dalam bidang pendidikan akan naik.
"Akeh PRku (Banyak RPku)," celetuk Risma, sambil tersenyum.(*)