PSK Terbelit Utang Berbunga 20 Persen, Mereka pun Tak Bisa Berhenti Beroperasi
DUGAAN masih adanya PSK yang praktik di beberapa lokalisasi wilayah Kutai Timur ternyata bukan isapan jempol
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, KUTIM -- DUGAAN masih adanya PSK yang praktik di beberapa lokalisasi wilayah Kutai Timur ternyata bukan isapan jempol. Beberapa waktu lalu, Satpol PP Kutai Timur menjaring 9 PSK dari lokalisasi Tenda Biru, Teluk Pandan.
Mereka diamankan saat sedang duduk di kafe yang ada di wilayah tersebut. Petugas Satpol PP yang datang sekitar pukul 11 malam, langsung mengamankan 9 wanita asal Jawa Barat dan Jawa Timur tersebut.
Belum pulangnya para PSK pasca penutupan lokalisasi secara serentak di Kaltim, karena alasan masih ada utang yang membelit para pekerja seks.
Utang di koperasi yang bunganya mencapai 20 persen dengan sistem pembayaran harian cukup mencekik para PSK. Untuk menutup utang mau tak mau mereka harus tetap bekerja sampai utang lunas.
"Saya ada pinjaman Rp 8 juta untuk mengirimkan uang ke anak di Jawa. Tiap hari cicilannya Rp 400.000, kalau nggak bekerja bagaimana menyicil utang. Semua di sana (lokalisasi) pasti ada utang, jadi ya harus bekerja," ujar Dita -- nama samaran.
Apalagi, lanjutnya, kondisi kehidupan malam di kawasan Tenda Biru sudah mulai sepi. Tidak setiap hari bisa dapat tamu. Kadang berhari-hari tidak dapat tamu. Pengeluaran terus berjalan. Mau tak mau terpaksa berutang.
"Kita kalau terima satu tamu, taruhlah dapat Rp 200.000 paling sedikit. Itu habis untuk sewa kamar, beli air dan makan saja. Belum tentu besoknya ada tamu lagi. Bisa juga semingguan nggak dapat tamu," ujar Dita.
Sembilan wanita yang diduga PSK bersam mucikari diamankan Satpol PP. Setelah disepakati utang para PSK menjadi tanggung jawab mucikari, mereka akan segera dipulangkan.
"Kami tadinya menunggu kebijakan Pemkab Kutim. Katanya ada uang pembinaan. PSK kan tidak ada ongkos pulang. Katanya mau diongkosin. Nggak tahu kalau ternyata ongkos sendiri pulangnya. Ya nanti kami yang tanggulangi ongkos dan utangnya," ujar salah seorang mucikari. (Margaret Sarita)