Nurmansyah Meninggal Telungkup di Atas Sajadah
Rekannya sesama garim Masjid bernama Nurmansyah (44) itu, rupanya telah terbujur kaku dalam posisi tertelungkup.
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Fitrah Akbar
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Tidak sedikitpun rasa curiga Almi (22) timbul, melihat rekannya tergeletak di atas sajadah, Masjid Nurul Huda, jalan Subrantas, Kecamatan Tampan.
Rekannya sesama garim Masjid bernama Nurmansyah (44) itu, rupanya telah terbujur kaku dalam posisi tertelungkup.
Nurmansyah, pria asal Bukittinggi didapati Almi dalam keadaan tidak bernyawa, sesaat ia hendak membangunkannya guna membersihkan masjid tersebut jelang pelaksanaan salat Jumat (29/7/2016) pukul 11.30 Wib.
"Pagi sekitar pukul 7.30 Wib saya pulang ke rumah, masih melihat dia (Nurmansyah) tertidur di masjid," beber Almi.
Dikisahkan Almi, keberadaan Nurmansyah di masjid itu sejak seminggu lalu. Selama di masjid, ia bertugas membantu membersihkan dan sejumlah persiapan jika masjid ada kegiatan.
Namun, selama itu pula Almi mengamati jika Nurmansyah sering mengalami batuk-batuk. Bahkan pernah suatu kali, batuknya mengandung darah.
"Dia (Nurmansyah) di sini sering bantu-bantu. Kalau mau makan, ya dikasih duitlah," kata Almi.
Diakui Almi, dua hari lalu ia melihat Nurmansyah muntah-muntah, pada tengah malam.
Baru pada pagi hari naas itu, seusai Almi kembali dari rumahnya menjelang Shalat Jumat, Almi membangun Nurmansyah.
Berkali-kali Almi memanggilnya, namun tidak sekalipun ada sahutan.
"Itulah saya terkejut, rupanya dia sudah meninggal, ya di atas sajadah itu" paparnya.
Kepala Polsek Tampan, AKP Rezi Dharmawan, kepada Tribun membenarkan kematian Nurmansyah siang itu.
"Korban adalah garim di mesjid yang dimaksud. Selama ini dia bantu-bantu, namun diketahui dia dalam keadaan sakit," ujar
Dharmawan ditemui di Mapolresta Pekanbaru.
Dijelaskan Dharmawan, pihaknya hingga kini masih menunggu keluarga guna serah terima jenazah Nurmansyah.
"Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuhnya. Kuat dugaan karena sakit," tambahnya. (*)