82 Siswa Belajar di SDN 32 Simpang Hulu yang Mirip Kandang Ternak
Dari depan komplek sekolah, bangunan semi permanen ini hanya terlihat seperti memiliki satu ruangan saja, karena hanya ada satu pintu.
Penulis: Tito Ramadhani
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNNEWS.COM, KETAPANG - SDN 32 Simpang Hulu Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat memiliki dua lokal bangunan.
Satu bangunan permanen berdinding beton, memiliki tiga ruangan. Sementara bangunan lainnya dapat disebut berbahan semi permanen.
Ada 82 siswa-siswi yang mengenyam pendidikan di SDN 32 Simpang Hulu ini. Satu lokal bangunan semi permanen ditempati murid kelas I, II dan kelas VI.
Kelas I berisikan 20 orang murid, kelas II sebanyak 13 orang murid dan untuk kelas VI ditempati sebanyak 11 orang murid.
Tepat di samping bangunan kedua kelas tersebut, memang telah ada satu lokal bangunan permanen, namun hanya memiliki tiga ruangan.
Satu ruangan untuk kantor guru dan kepala sekolah, dua ruangan lagi disekat (partisi) untuk ditempati siswa-siswi kelas III, IV dan V. Kelas III terdapat 11 murid, kelas IV sebanyak 15 murid dan kelas V ada 12 murid.
Dari depan komplek sekolah, bangunan semi permanen ini hanya terlihat seperti memiliki satu ruangan saja, karena hanya ada satu pintu terlihat dari depan. Namun setelah dilihat secara seksama, bangunan ini ternyata terbagi dalam tiga ruangan.
Bangunan semi permanen sekolah ini dapat dikatakan tak ubahnya kandang ternak. Lantaran, selain sebagian beratap daun sagu dan seng yang dipenuhi karat. Dinding sekolah ini sebagian berbahan bilah bambu, sebagian lainnya berbahan susunan papan.
Meskipun dari kejauhan terlihat masih ditutupi dinding, namun sebagian sudah tampak bolong. Baik di samping, belakang maupun dinding bagian depan.
Tiang kayu, sebagian berbahan kayu bulat. Walau sebagian masih terlihat kokoh, namun untuk ruangan di kelas VI, kondisi tiang sudah mulai tampak miring dan lapuk, dengan atap daun yang mulai berjatuhan.
Sementara lantai papannya sudah mulai lapuk dan patah. Paku-paku berkarat pun tampak menonjol keluar di antara papan yang patah. Hanya sebagian saja yang masih bisa digunakan untuk menempatkan meja dan kursi siswa.
Di ruangan lain, kursi serta meja yang digunakan siswa kelas I dan II, hanyalah potongan papan memanjang yang dijadikan kursi dan meja.
Menurut keterangan Wali Kelas VI, Kabol, bangunan semi permanen ini dahulunya memang dibangun secara swadaya oleh masyarakat setempat. Dengan bahan kayu yang kerap disebut warga setempat dengan nama kayu Jing dan Leban.
Kayu-kayu ini kini sudah tampak mulai reot, bukan tak mampu menyangga atap daun sagu yang mulai rontok. Namun terlihat karena telah sangat lama digunakan.
"Ini bangunan awal saat sekolah didirikan tahun 2005, saat itu masih swasta. Bisa disebut berbahan semi permanen, dari kayu yang disebut masyarakat di sini kayu Jing dan Leban serta atap daun sagu. Kemudian untuk papan berbahan kayu campuran, karena berasal dari sumbangan warga," ungkap Kabol kepada Tribun Pontianak (Tribunnews.com Network), Kamis (28/7/2016).
Halaman penuh rerumputan di depan sekolah, menambah keasrian komplek SDN 32 yang dikelilingi pepohonan hutan.
Sementara jalan di depannya, merupakan jalan akses antara Meraban dan Balai Berkuak. Jalan ini belumlah beraspal, kondisinya masih tanah merah.
Tak ada pagar keliling yang terlihat di komplek sekolah, hanya parit selebar sekitar satu meter yang membatasi antara komplek sekolah dengan jalan raya ini.
Kondisi bangunan sekolah memprihatinkan ini hanya berjarak 216 kilometer dari Kota Pontianak, ibukota Provinsi Kalbar.
Sementara dari ibukota Kabupaten Ketapang, diperkirakan berjarak sekitar 308 kilometer, dengan waktu tempuh sekitar enam hingga tujuh jam.
Balai Berkuak adalah ibukota Kecamatan Simpang Hulu. Dari sini, untuk mencapai lokasi SDN 32, dapat masuk dari Jl Petebang. Jalan berliku dan bertanah merah akan dihadapi sepanjang sekitar 8 kilometer.
Menurut penjelasan sejumlah guru, Desa Balai Pinang, beberapa bulan ke depan akan resmi memekarkan diri. Sehingga kawasan sekolah tersebut nantinya akan berpindah wilayah desa menjadi masuk ke dalam Desa Botu Besi.