Pabrik Rumput Laut yang Pertama di NTT Produksi 10 Ton per Hari
Pabrik yang berada di Kabupaten Sabu Raijua bakal diresmikan Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, Sabtu (13/8/2016) pagi
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Pos Kupang, Dion DB Putra
TRIBUNNEWS.COM, KUPANG - Akhir pekan ini, pabrik pengolah rumput laut pertama di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) akan mulai berproduksi.
Pabrik yang berada di Kabupaten Sabu Raijua bakal diresmikan Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, Sabtu (13/8/2016) pagi akan memproduksi 10 ton rumput laut kering per hari.
Pada hari yang sama gubernur juga akan meninjau sejumlah pabrik dan embung di kabupaten tersebut.
Kepada Pos Kupang, Jumat (12/8/2016), Bupati Sabu Raijua, Marthen Dira Tome menyebut tiga manfaat yang segera dinikmati masyarakat setempat dengan hadirnya pabrik tersebut.
Pertama, harga jual rumput laut akan menguntungkan petani karena tidak akan dipermainkan sesuka hati oleh para pedagang.
Selama ini harga jual rumput laut tidak menentu, paling mahal Rp 5 ribu per kilogram (kg). Seringkali malah diturunkan oleh pedagang hingga Rp 3 ribu per kg.
"Sekarang harga minimal rumput laut yang diterima dari tangan petani Rp 7 ribu," kata Dira Tome.
Manfaat kedua, lanjut Bupati Dira Tome, pabrik rumput laut tersebut membuka 200 lapangan kerja baru bagi masyarakat Sabu Raijua.
Keberadaan pabrik ini akan memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah setempat.
Kepala Bagian Humas Setda Sabu Raijua, Mance Nelson menjelaskan, pabrik rumput laut yang akan diresmikan Gubernur Lebu Raya hari ini berkapasitas produksi 10 ton rumput laut kering per hari dan 400 kg cips per hari.
"Jadi perbandingannya empat satu per hari," kata Mance.
Menurut Marthen Dira Tome, setelah meresmikan pabrik rumput laut di Kecamatan Sabu Timur, Gubernur Lebu Raya akan meninjau lokasi tambak garam seluas 170 hektar di Pantai Bali, Desa Bodae, Kecamatan Sabu Timur serta pabrik garam beryodium di wilayah Tulaika.
Pabrik garam yang sudah beroperasi sejak tahun lalu itu berkapasitas produksi 45 ton.