Desainer Muda Yogyakarta Unjuk Gigi di Fashion on The Street Prawirotaman
Pakaian street wear sudah lumrah ditemukan, namun pagelaran kali ini ingin batik agar naik kelas di banding sebelumnya, dengan sejumlah modifikasi.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Ikrar Gilang Rabbani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYAKARTA - Keempat kalinya Fashion on the Street Prawirotaman digelar di Jalan Prawirotaman 1, Yogyakarta, Sabtu (20/8/2016) .
Penggagas FoS, Lia Mustafa, menjelaskan pagelaran busana kali mengusung batik dalam sebuah balutan busana siap pakai sebagai street wear.
Pakaian street wear sudah lumrah ditemukan, namun pagelaran kali ini ingin batik agar naik kelas di banding sebelumnya, dengan sejumlah modifikasi.
"Fashion show ingin melemparkan ide yang baru, segar, dan menginspirasi, terutama dari para desainer muda Yogyakarta," ujar Lia yang Ketua Indonesia Fashion Chamber DIY kepada Tribun Jogja di lokasi.
"Selain bisa menciptakan karya namun juga membuat koleksi yang bisa menguasai pasar."
Gelaran kali ini diikuti lima desainer yang tergabung dalam KLAMB, yakni Lia Mustafa, Mgs. M. Brilliant Hidayah, Ayu This Sugandhi, Lanny Amborowati, dan Tofa Anglo.
Pagelaran yang berlangsung di jalanan kampung turis ini sebagai catwalknya ini menghadirkan desainer tamu di pentas internasional, Lenny Agustin.
Lia menjelaskan, Fos kali ini juga sebagai proses ajang unjuk diri desainer muda untuk menentukan arah pasar yang ingin dituju.
Kehadiran desainer senior seperti lenny dapat menjadi pedoman bagaimana desainer muda bisa mengarahkan koleksi rancangan yang bisa menguasai pasar.
"Proyek KLAMB ini kami mengedukasi para desainer muda mengerti dunia kreatif, berbisnis, dan mempelajari budaya sekitar agar bisa menghasilkan produk yang bisa lebih dijual dan diterima pasar busana siap pakai," tutur Lia.
Lenny mengamini apa yang diucapkan Lia. Menurut dia, para desainer muda harus jeli melihat pasar. Ia berharap juniornya dapat memenuhi pasar lebih besar dengan produk siap pakai, ketimbang produk custom made yang pasarnya terbatas dan persiangannya lebih ketat.
Ia menyadari desainer muda perlu terus didampingi agar bisa mengembangkan potensi lokal namun berkualitas internasional.
"Desainer jangan sampai terbawa selera lokal namun harus berani keluar dari tempurung agar bisa meraih pasar yang lebih luas," jelas Lenny.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.