Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Imanuel Nuhan, Pahlawan Penerjun Payung Pertama Indonesia, Usianya 93 Tahun

Sesosok orang tua dibopong oleh Komandan Wing II Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU di Bandar Udara Tcilik Riwut Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Penulis: Fahrizal Syam
Editor: Sugiyarto
zoom-in Imanuel Nuhan, Pahlawan Penerjun Payung Pertama Indonesia, Usianya 93 Tahun
Tribun Timur/ Fahrizal Syam
Imanuel Nuhan (93) salah satu pelaku sejarah di Indonesia 

Beberapa waktu kemudian, Gubernur Kalimantan saat itu, Muhammad Noor mengajukan permintaan kepada Kasau yang saat itu dijabat Marsekal S Soeryadarma untuk mengirimkan pasukan payung guna membantu menyusun gerilya dan perjuangan rakyat di Kalimantan.

Selain itu juga untuk membuka jaring komunikasi stasiun radio antara Kalimantan dan Pemerintahan RI yang ada di Yogyakarta serta mengusahakan dan menyempurnakan daerah penerjunan untuk penerjunan lanjutan.

Permintaan ini disambut baik oleh AURI dengan membentuk Tim yang terdiri dari 13 prajurit pejuang dan menunjuk Mayor Udara Tjilik Riwoet sebagai putra daerah Kalimantan untuk menyiapkan prajurit dalam misi tersebut.

Tepat pada pukul 07.00 WIB, tanggal 17 Oktober 1947, pesawat C-47 Dakota RI-002 yang dipiloti oleh Bob Freeberg berkebangsaan Amerika, dan kopilot Opsir Udara III Suhodo, serta jump master Opsir Muda Udara III Amir Hamzah menerjunkan 13 prajurit pejuang di daerah Sambi Kotawaringin Barat.

"Pada saat penerjunan itu, semua anggota selamat, namun saat istirahat di pondok tak jauh dari lokasi pendaratan, mereka dikepung pasukan Belanda dan terjadi kontak senjata hingga menyebabkan tiga orang pejuang tewas,"lanjut Hernison menggantikan sang ayah yang tak kuat lagi berbicara.

Saat pengepunga oleh pasukan Belanda itu, beberapa orang sempat kabur termasum Imanuel, namun pada akhirnya tertangkap, dan Imanuel menjadi orang terakhir yang diringkus.

Mereka yang tertangkap kemudian dipenjarakan Belanda di Nusakambangan. Namun setelah melalui berbagai Perundingan, seluruh tahanan akhirnya dibebaskan.

BERITA TERKAIT

"Setelah bebas, bapak ditugaskan di beberapa tempat termasuk pernah di kebun binatang Wonokromo. Setelah pak Tcilik jadi gubernur, ia ditarik jadi kabiro humas sampai akhirnya pensiun pada tahun 1980," ungkapnya.

Imanuel kini menghabiskan masa tuanya di Kota Palngkaraya bersama anak-anaknya. Imanuel memiliki 11 anak dari dua istri. Istri pertama yang telah meninggal dikaruniai 8 orang anak, sementara istri kedua memiliki tiga anak.

Di Masa tuanya itu, Imanuel terkadang meminta kepada anak-anaknya agar dibawa ke Desa Sambi, tempatnya mendarat dulu. Ia ingin menemui warga  desa.

"Beliau selalu ingin ke Sambi tapi kami anak-anaknya tak mengizinkan karena kondisinya yang sudah tidak memungkinkan. Bapak ingin agar masyarakat Kalteng tahu bahwa pejuang yang pernah mendarat di Sambi masih hidup," tutur Hernison.

Imanuel juga selalu berharap agar pemerintah bisa lebih memperhatikan sejarah yang melekat di kota Sambi. "Pemerintah harus melestarikan dan mengembangkan Desa Sambi, karena jika desa berkembang, sejarah juga akan terus dikenang," tutup dia.

Penerjunan 13 pasukan tersebut kemudian dikukuhkan 20 tahun kemudian, dengan keputusan Men/Pangau nomor 54 tahun 1967 tanggal 12 Oktober 1967 bahwa tanggal 17 Oktober 1947 sebagai hari jadi Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) yang sekarang dikenal dengan nama Korps Pasukan Khas Angkatan Udara (Korpaskhasau).

Tak hanya itu, Imanuel kini juga menjadi pahlawan bagi warga Desa Sambi. Di desa yang letaknya jauh di pedalaman Kalimantan Tengah ini, berdiri sebuah patung penerjun sebagai simbol bahwa ditempat itu pernah dijadikan lokasi pendaratan penerjun payung pertama Indonesia.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas