Laporan Wartawan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Tak ada hal yang aneh sebelum Tatang Wiganda (35), guru pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes) SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS), tewas dikeroyok orang tak dikenal.

Namun pria yang biasa salat berjamaah itu melantunkan komat dengan suara merdu.

"Tadi siang waktu salat duhur, saya dengan almarhum sempat salat berjemaah. Almarhum memang biasa komat, tapi siang tadi beda, lebih enak didengar," kata Kepala Sekolah SMP YAS, Mahdar, kepada Tribun di Rumah Sakit Santo Yusuf, Jalan Cikutra, Kelurahan Cikutra, Kecamatan Cibeunying Kidul, Senin (22/8/2016).

Usai salah duhur, Mahdar mengatakan, guru yang mengajar di SMP YAS sejak 2005 itu pamit mengajar ekstrakulikuler.

Menurutnya, tak ada yang mencurigakan dan tak biasa ketika guru yang meninggalkan dua anak itu berangkat.

"Orangnya soleh. Di samping mengajar olah raga almarhum itu juga aktif dalam kegiatan religi," kata Mahdar.

Rekan yang juga guru penjaskes, Ahmar Priatna, mengaku janjian dengan Tatang sepulang mengajar ekstrakulikuler.

Ia yang sempat pulang bersama itu akan mengantar anak pertama Tatang ke tempat pijat.

Sebab anak pertamanya yang duduk di bangku SD mengalamu patah tulang pada bagian kaki.

"Tadinya jam 19.00 WIB itu kami mau bertemu," kata Ahmar.

Namun Ahmar mendapatkan kabar yang berbeda setelah magrib.

Ia mendengar jika rekan seprofesinya itu tewas akibat dikeroyok orang tak dikenal.

Ia pun menyesal tak pulang bersama Tatang usai mengajar ekstrakulikuler.

"Biasanya kami pulang bersama-sama karena satu arah ke Terminal Cicaheum.

Cuman tadi almarhum pisah dengan saya," kata Ahmar. Adapun Tatang diketahui sebagai warga Gang H Tamim RT 1/13, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cibeunying Kidul. (cis)