Cerita Camat Bergerilya Cari PSK di Bekas Lokalisasi Dolly
Muka Camat Sawahan berkeringat setelah membooking PSK di bekas lokalisasi Dolly. Begini kisah berikutnya.
Editor: Y Gustaman
SURYA.CO.ID, SURABAYA - Wajah M Yunus seketika berkeringat. Saat baru turun mobil ia melihat kondisi bekas lokalisasi Jarak dan Dolly masih tersisa praktik prostitusi.
Camat Sawahan itu menyaksikan langsung bagaimana seorang muncikari terang-terangan menawarkan jasa pekerja seks komersial kepada pelanggan yang melintas di sana.
Yunus sengaja melewati lokasi Jarak tanpa menggunakan mobil dinas pada pukul 02.00 WIB. "Cewek Mas?" tanya seorang muncikari seperti ditirukan Yunus saat bercerita kepada Surya, Rabu (14/9/2016).
Pria asal Bangkalan ini menganggukan kepala. Yunus lalu menyusul muncikari masuk ke dalam rumah yang di dalamnya tersedia kamar untuk beradu berahi.
Muncikari yang ditemui Yunus menawarkan jasa PSK senilai Rp 300 ribu. Ia tidak berusaha menawar, dan mengikuti apa yang disampaikan mumcikari.
"Saat itu saya sepakat harganya dan disuruh menunggu PSK-nya. Saya khawatir ada orang tahu penyamaran saya dan semua terbongkar," terang Yunus.
Ia izin menjemput temannya dan berjanji kembali 30 menit kemudian. Yunus cemas jika mobil yang ia parkir di pinggir jalan dipecah warga yang mengetaui penyamarannya.
"Saya ambil mobil dan kembali ke Kantor Kecamatan," papar dia.
Hasrat untuk mengetahui lebih jauh geliat sisa-sia prostitusi di bekas lokalisasi Dolly dan Jarak, memaksa Yunus kembali ke tempat ia memesan PSK.
"Saya kembali naik sepeda motor, tetapi sampai lokasi sudah sepi. Muncikari dan teman-temannya sudah tidak ada. Mungkin mereka tahu saya yang datang ke situ," kenang dia.
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, resmi menutup lokalisasi Dolly dan Jarak pada 18 Juni 2014 silam. Cerita lokalisasi terbesar di Asia Tenggara ini berakhir.
Pemkot Surabaya lebih dulu menutup beberapa lokalisasi lain di antaranya di Tambakasri atau Kremil pada 4 Desember 2012. Lokalisasi lainnya ikut menyusul. Harapannya, tidak ada lagi bisnis prostitusi setelah penutupan ini.
Harapan dan fakta di lapangan berbeda, masih banyak warga menjalankan bisnis ini secara terselubung, sambil kucing-kucingan.
Tidak hanya di Dolly dan Jarak, pemandangan serupa terlihat di bekas lokalisasi Bangunsari dan Sememi di Benowo. Kawasan ini dinyatakan ditutup sejak 2013.
Hasil penelusuran Surya (Tribun Network), sepanjang gang masih ada beberapa tempat karaoke yang masih buka. Sementara di ujung gang ada plakat tembok yang bertuliskan, "Kawasan Bangunsari sudah bebas lokalisasi".
Suara musik dangdut saling bersautan dari satu tempat karaoke dengan tempat karaoke lainnya. Kehidupan lokalisasi masih terasa di kawasan ini. Lalu-lalang kaum pria silih berganti, masuk dan keluar rumah karaoke.
Beberapa perempuan yang diduga menjadi pemandu lagu ikut mengikuti para pria yang masuk ke rumah karaoke.
Dandanan mereka sedikit menor, bibir bergincu, dengan bawahan memakai rok atau celana pendek. Kaus yang mereka kenakan cukup ketat, sehingga lekuk tubuhnya menonjol.
Sementara lokalisasi di Sememi, Benowo, ternyata masih buka. Beberapa mucikari aktif menjajakan beberapa wanita penghibur.
"Sini mas, mampir dulu booking wanita," ajak seorang muncikari kepada Surya.
Tawaran muncikari tidak hanya terjadi saat Surya berada di warung kopi, tetapi juga di lokasi sekitarnya.
"Mampir makan sini dulu mas, nanti bonus pilih wanita," begitu penjual warung nasi menawarkan jasa PSK yang dipegangnya. (Galih Lintartika/M Zainuddin/Rizki Mahardi)