Pondok Modern Gontor, Dari Presiden Soekarno ke Presiden Jokowi
Usia Pondok Modern Darussalam Gontor menginjak usia 90 tahun. Seluruh Presiden Republik Indonesia sudah menginjakkan kakinya ke pondok ini.
Penulis: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Y Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, GONTOR - Dari atas mimbar KH Hasan Abdullah Sahal terharu dan mengungkapkan perasaannya di depan Presiden Joko Widodo yang berkunjung ke Pondok Modern Darussalam Gontor.
"Satu hari, dua hari, kami bertanya-tanya. Jadi tidak, jadi tidak, rawuh tidak, rawuh tidak. Layak atau tidak pondok ini dikunjungi presiden lagi," ujar Kiai Hasan memberikan sambutan dalam Resepsi Kesyukuran Peringatan 90 Tahun Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, Senin (19/9/2016).
Presiden Jokowi yang duduk di sebelah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin tersenyum mendengar ucapan Kiai Hasan yang mewakili pimpinan dan pengasuh Pondok Modern Gontor.
Acara yang berlangsung di Balai Pertemuan Pondok Modern ini disiarkan langsung oleh Gontor TV, milik pondok.
Baca: Presiden Jokowi: Terima Kasih di Indonesia Ada Pondok Pesantren Gontor
Pimpinan dan pengasuh KH Hasan Abdullah Sahal menyerahkan Buku Warta Dunia Pondok Modern Darussalam Gontor dan Buku Jejak Sejarah Pondok Modern Darussalam Gontor kepada Presiden Joko Widodo di Balai Pertemuan Pondok Modern, Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, Senin (19/9/2016). Tampak di belakang keduanya KH Abdullah Syukri Zarkasyi. DOKUMENTASI GONTOR TV
Kiai Hasan bercerita Pondok Gontor selalu dikunjungi presiden dari masa ke masa. Presiden Soekarno pernah sekali berkunjung, Presiden Soeharto dua kali, Presiden BJ Habibie berkali-kali.
"Kemudian Gus Dur meresmikan masjid lalu sempat ke rumah waktu itu. Kemudian Ibu Megawati, alhamdulillah datang. Presiden berikutnya Bapak SBY dua kali. Jadi kalau presiden (Jokow) ini sekali dua kali biasa," ungkap Kiai Hasan ditimpali tepuk tangan tamun yang hadir.
"Kami mengucapkan selamat datang, masya Allah ini membesarkan hati, meninggikan mental kami semuanya. Kami masih dihargai, masih dihormati, masih dianggap ada dan eksis untuk bersama membina Republik Indonesia."
Presiden Jokowi hadir bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo beserta rombongan di antaranya Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Gubernur Jawa Timur Soekarwo.
Pimpinan dan pengasuh KH Hasan Abdullah Sahal memberikan sambutan dalam acara Resepsi Kesyukuran Peringatan 90 Tahun Pondok Modern Darussalam Gontor di Balai Pertemuan Pondok Modern, Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, Senin (19/9/2016). Tampak Presiden Joko Widodo tersenyum mendengar pidato Kiai Hasan. DOKUMENTASI GONTOR TV
Mewakili pimpinan pondok lainnya, KH Abdullah Syukri Zarkasyi dan KH Syamsul Hadi Abdan, Kiai Hasan berulangkali mengucap syukur. Ia memastikan kedatangan Presiden Jokowi membesarkan hati santri-santri dan keluarga besar Pondok Gontor.
Membela NKRI
Ia berharap Presiden Jokowi bisa memberikan dorongan kepada santri-santri dan para guru meneruskan perjuangan Pondok Modern Darussalam Gontor, memperkuat pilar-pilar kebangsaan, NKRI, Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
"Bapak Presiden, kami pondok pesantren dan pondok pesantren yang lainnya tetap bersama Negara Republik Indonesia. Kami memperjuangkan dan kami paling depan menegakkan pilar-pilar kebangsaan," imbuh Kiai Hasan.
"UUD 45, Pancasila, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika ada di depan kami semua. Insya Allah Gontor bukan hanya empat pilar tapi puluhan pilar kebangsaan ada di sini, tolong sampaikan kepada anak-anak kami biar menjadi warga negara yang baik berguna bagi nusa dan bangsa."
Dalam pidatonya, Kiai Hasan menggarisbawahi estafet nilai-nilai perjuangan para pendiri merupakan tema utama di usia 90 tahun Pondok Modern Gontor. Estafet nilai-nilai untuk kemuliaan umat dan bangsa lebih penting ketimbang mewariskan barang atau kedudukan.
"Umat kita ini banyak mewarisi tapi tidak mengestafeti, sehingga kadang-kadang setelah mati baru mewarisi. Kita tidak menggunakan istitilah mewariskan tapi mengestafetkan. Sehingga sebelum hilang sudah berganti, sebelum patah sudah tumbuh," terang Kiai Hasan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.