Tarian Seblang Penuh Mistis, Tapi Masih Digemari Tua Muda
Sudah berusia ratusan tahun Seblang atau tari mistik suku Osing asli Banyuwangi tetap digemari oleh kalangan tua dan muda.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Haorrahman
SURYA.CO.ID, BANYUWANGI - Sudah berusia ratusan tahun Seblang atau tari mistik suku Osing asli Banyuwangi tetap digemari oleh kalangan tua dan muda.
Bertempat di Kelurahan Bakungan, Glagah, selain Tumpangsewi, tari Seblang Bakungan kembali dipentaskan pada Minggu (18/9/2016) atau tepatnya seminggu setelah Idul Adha.
Bule asal Inggris, Donal Mc Kenzie, datang bersama temannya dari Bali sengaja untuk menyaksikan beragam festival di Banyuwangi, mulai Gandrung Sewu hingga malam tarian Seblang.
"Saya begitu senang di sini," Kenzie mengomentari sejak kedatangannya di Banyuwangi dan mengikuti semua event yang tersaji saat berjumpa Surya.
Hal yang sama diungkapkan Hasan Khoiri, seorang PNS Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia sangat senang dengan tarian Seblang. Jauh hari Hasan sudah minta undangan khusus untuk menyaksikan Seblang. Dia penasaran dengan menu tumpengan khas warga Osing, pecel pithik.
"Meski baru kali pertama menyaksikan ritual Seblang, nbagi kami ini sangat mengagumkan, penuh mistis tapi sarat dengan kesakralan. Masyarakatnya ramah-ramah," kata Hasan.
Banyak anak-anak muda laki-laki dan perempuan menyaksikan Seblang Bakungan, salah satu rangkaian Banyuwangi Festival 2016. Seblang Bakungan merupakan tarian yang dibawakan wanita tua dalam kondisi kerasukan roh atau tidak sadar diri.
Tahun ini Seblang dibawakan Supani (63), wanita tua yang telah menari ritual Seblang selama tiga tahun berturut-turut. Dia merupakan keturunan Seblang Misna yang telah pensiun dari Seblang 13 tahun yang lalu. Ia mampu menari semalam penuh diiringi gending penuh mantra.
Setelah dibacakan mantra dan doa, sesaat kemudian penari Seblang tidak sadarkan diri dan menari mengikuti irama gending dinyanyikan. Gending-gending yang dikumandangkan untuk mengiringi penari Seblang itu ada 13 di antaranya Seblang Lukinto, Podo Nonton, Ugo-ugo dan Kembang Gading.
"Kami ingin seni dan budaya Banyuwangi terus eksis dan mendapatkan panggung untuk bisa ditampilkan ke khalayak luas," kata Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widaytmoko.
Tujuan tradisi Seblang Bakungan ini untuk bersyukur kepada Allah dan memohon agar seluruh warga desa diberi ketenangan, kedamaian, keamanan dan kemudahan dalam mendapatkan rezeki yang halal serta dijauhkan dari segala mara bahaya.
Sebelum tari Seblang dimainkan, digelar tumpengan bersama warga di sepanjang jalan menuju Bakungan yang dimulai seusai Magrib. Sebelumnya warga salat Magrib dan Hajat di masjid desa. Lalu dilanjutkan parade oncor yang dibawa berkeliling desa (ider bumi).
Di bawah temaram api obor, sepanjang Jalan Bakungan dipenuhi tumpeng pecel pithik. Sambil menggelar tikar semua orang duduk untuk mengikuti ritual makan bersama sebagai salah satu rangkaian ritual.
Seblang Bakungan dilengkapi lauk khas warga Kemiren, pecel pithik dan sayur lalapan sebagai pelengkapnya. Usai kumandang doa yang yang dibacakan sesepuh dari masjid di desa setempat, masyarakat mulai makan tumpeng bersama.
Usai makan bersama, ribuan masyarakat pun menyemut memadati sepanjang Jalan Bakungan. Mereka datang dari berbagai wilayah untuk menyaksikan ritual Seblang. Tak hanya warga lokal, dalam kerumunan itu juga ada wisatawan asing yang tampak sedang asyik menikmati Seblang Bakungan ini.
Wisatawan yang datang ke Banyuwangi terus meningkat. Pada 2015 wisatawan mancanegara mencapai 40 ribu, dan wisatwan domestik sejumlah 1,8 juta orang.
Target pemerintah pada 2016, wisatawan asing tembus di angka 50 ribu, dan domestik 2,5 juta orang. Saat ini sudah lebih dari 2,1 juta wisatawan yang datang ke Banyuwangi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.