Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengintip Inovasi Pengolahan Susu Sapi di Genteng Banyuwangi, Lulusan Mesir Pun Memilih Ternak Sapi

Susu sapi di tangan Toton Fathoni, warga Dusun Wadungdollah, Desa Kaligondo, Kecamatan Genteng, Banyuwangi bisa menjadi banyak produk.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Mengintip Inovasi Pengolahan Susu Sapi di Genteng Banyuwangi, Lulusan Mesir Pun Memilih Ternak Sapi
Surya/Haorrahman
Toton Fathoni, menunjukkan lulur kecantikan buatannya.‎ 

Manfaat dari kefir masker ini bisa mengeluarkan tumpukan racun kimia di dalam kulit akibat penggunaan berbagai macam cream yg mengandung bahan kimia yang berdampak panjang pada kesehatan.

Selain itu juga bisa melawan tanda tanda penuaan, membantu memutuskan siklus ketergantungan pada cream atau obat racikan tertentu, mencerahkan dan membuat kulit semakin glowing, meremajakan kulit dan meningkatkan kadar air dan collagen pada kulit, membantu mengurangi iritasi, mengatasi masalah jerawat dan lainnya.

Perpaket kefir masker 200 gram dijual seharga Rp 220.000. Biasanya konsumen dari masker kefir milik Toton ini adalah salon-salon kecantikan.

Toton mengatakan, mengolah susu menjadi kefir lebih menguntungkan. Karena kefir akan terus berkembang biak.

"Jadi bisa disebut merawat bakteri," kata Toton.

Selama ini Toton melakukan inovasi-inovasi tersebut secara manual. Berbekal pengetahuan dari mengunjungi peternakan di Mesir, alumni Al Azhar Mesir tersebut mengaplikasikan pengetahuannya di peternakan milik orangtuanya.

Selain melakukan inovasi susu sapi, Toton juga membuka kafe susu, Omah Ngedots di Setail, Genteng Banyuwangi.

Berita Rekomendasi

Di kafe tersebut, Toton menjual berbagai macam varian susu murni. Tiap hari, Toton mampu menghabiskan 20 liter susu murni.

Saat ini Toton memiliki 6 sapi di peternekan Sumber Luminto milik orang tuanya.

"Dengan mengolah susu murni menjadi produk-produk lainnya, selain memberikan keuntungan lebih juga bermanfaat untuk mendistribusikan susu peternak," kata Toton.

Toton menceritakan, dulu peternakannya pernah memiliki sapi mencapai 20 ekor. Tiap ekor bisa menghasilkan 10 liter susu murni perhari.

Namun yang jadi permasalahan, susu-susu tersebut tidak semua terdistribusikan. Akibatnya banyak susu akhirnya diberikan secara gratis kepada masyarakat.

"Repot, karena kalau tidak diperas susunya tiap hari sapi bisa sakit. Sedangkan apabila kebanyakan susu, bingung distribusinya. Jadi waktu itu solusinya sapi yang dikurangi. Bahkan dulu pernah tinggal dua sapi," kata Toton.

Namun kini, beternak sapi menurut pria kelahiran 5 Maret 1992 tersebut kini menjanjikan.

Halaman
123
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas