Rumah Hancur, Jajang Dua Hari Tak Makan
Ia mengaku hanya makan roti sekadarnya saja. Pikirannya tak bisa lepas dari anggota keluarganya yang sampai saat ini masih belum diketahui nasibnya.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, GARUT -- Jajang (35), warga Cimacan RT 04/RW 19, Garut, Jawa Barat, tampak lesu berdiri di sekitaran rumahnya yang sudah rata dengan tanah akibat banjir bandang Selasa (20/9) malam.
Mengenakan kaus warna putih dan celana jins yang penuh noda lumpur, pria yang bekerja di Bandung itu bercerita kepada Warta Kota, Kamis (22/9), bagaimana musibah itu menimpa keluarganya.
"Saya udah ada firasat nggak enak. Tumben SMS saya nggak dibales sama istri saya. Kemudian jam 11 dia nelepon kalo ada banjir. Anak sama orangtua saya hilang," ujarnya sambil perlahan mulai meneteskan air mata.
Sudah dua hari ini Jajang tidak berselera makan nasi. Ia mengaku hanya makan roti sekadarnya saja. Pikirannya tak bisa lepas dari anggota keluarganya yang sampai saat ini masih belum diketahui nasibnya.
Jajang bercerita dirinya langsung pulang dari tempat kerjanya di Bandung saat mengetahui bahwa kediamannya diterjang banjir bandang.
"Saat itu juga saya langsung pulang dari Bandung. Sekitar jam 12 malam saya tiba dan langsung mencari istri saya. Akhirnya kami bertemu di pingir jalan," ujar lelaki yang bekerja di tempat sewa perlengkapan nikah tersebut.
"Air udah sedada tapi saya tetep nerobos masuk buat cari orangtua dan anak saya. Saya tanyain orang-orang yang masih ada di atap rumah, lihat mereka nggak, tapi nggak ada yang lihat," katanya dengan suara bergetar. Rumah keluarga Jajang sendiri sekitar 50 meter dari Sungai Cimanuk.
Surut
Beberapa jam setelah serangan air bah berlalu, air pun mulai surut. Namun dirinya belum juga menemukan kedua orangtua dan anak bungsunya.
Sampai pada akhirnya dia mendapat kabar anaknya ditemukan di rumah sakit sudah tidak bernyawa. "Ketemu pagi, dibersihin di rumah sakit abis itu sekitar pukul 13.00 dimandikan lagi, baru dimakamkan. Sebelum kejadian, anak saya lagi sakit demam," ucapnya sambil terbata-bata dan meneteskan air mata.
Saat kejadian anaknya sedang bersama kedua orangtuanya. Sedangkan istri dan anak pertamanya berada di rumah tempat tinggalnya.
Selesai menguburkan anaknya, dia tetap menunggu di rumah sakit untuk mengetahui apakah kedua orangtuanya sudah ditemukan atau belum.
"Saya dari kemarin nunggu di rumah sakit terus. Sekarang udah ada yang gantiin. Biarpun saya istirahat, tapi nggak bisa. Kepikiran mulu, nggak tenang," ujarnya.
Kondisi tubuh Jajang pun mulai drop karena belum mengonsumsi makanan dan tidur yang cukup semenjak kejadian banjir bandang berlangsung. "Waktu diboncengin motor, hampir saya jatuh saking lemes dan ngantuknya. Untung langsung pegangan jadi nggak apa-apa," ucapnya sambil mencoba tersenyum.
Istri dan anak pertamanya saat ini sedang berada di rumah mertuanya di daerah Cisurupan untuk mengungsi sementara. "Istri sama anak saya di rumah mertua. Saya juga kasihan sama istri saya. Sama kayak saya, makan nggak enak, tidur juga nggak enak," ujarnya.
Dia juga mengaku belum menerima bantuan apa pun dari posko-posko yang telah tersedia di wilayah sekitaran Cimacan.
"Sampai sekarang belum dapat bantuan apa-apa. Nggak kepikiran juga, maunya orangtua saya cepet ditemukan, itu aja," ucap pria kelahiran Garut tahun 1981 ini.
Selesai bercerita mengenai kejadian, dia juga berharap mendapatkan bantuan tempat tinggal baru dari pemerintah berupa rumah susun yang sempat ingin dibuat. "Saya berharap bisa dapat rumah susun. Nggak mau tinggal di sini lagi, udah trauma karena musibah ini," ungkapnya. (m9/Tribun Jabar/Kompas.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.