Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

7 Bulan Tunggu Pencairan dari Dimas Kanjeng, Kini Agus Malah Terjerat Banyak Hutang

Ada yang menarik dari ratusan tenda yang ada di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi Dusun Sumber Cengkelek, Desa Wangkal, Gading, Probolinggo

Editor: Sugiyarto
zoom-in 7 Bulan Tunggu Pencairan dari Dimas Kanjeng, Kini Agus Malah Terjerat Banyak Hutang
surya/Galih Lintartika
BERKURANG: Suasana tenda - tenda Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi mulai sepi ditinggal para pengikutnya. Di sisi lain, kondisi tenda di Padepokan ini sangat memprihatinkan karena jauh dari kata layak. 

TRIBUNNEWS.COM, PROBOLINGGO - Ada yang menarik dari ratusan tenda yang ada di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi Dusun Sumber Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Probolinggo, Jatim.

Dari sekian banyak, ada satu tenda yang diberi goresan tulisan berbunyi 'Tenda Perjuangan".

Tulisan ini dicat dengan warna kuning sehingga terlihat sangat mencolok dibandingkan tenda - tenda lainnya.

Tenda ini berada di belakang Padepokan. Lokasinya berbatasan dengan sawah. Luas tenda diperkirakan 4 x 4 meter.

Tenda hanya terbuat dari terpal. Konon ceritanya, tulisan ini dibuat oleh salah seorang pengikut yang resah dan gelisah menunggu pencairan uang mahar yang dijanjikan akan digandakan oleh Dimas Kanjeng, guru besar padepokan.

Salah satu pengikut yang namanya tidak mau dikorankan, mengatakan, tulisan itu dibuat oleh temannya yang bernama Agus asal Jawa Tengah.

Ia mengaku tidak mengenalnya secara dekat. Hanya sebatas menyapa antar pengikut Dimas Kanjeng.

Berita Rekomendasi

"Tulisan itu dibuat untuk menyemangatinya yang sudah lelah. Ia memang sudah putus asa karena uangnya hilang ratusan juta di tangan Dimas Kanjeng. Makanya, dia buat tulisan tenda perjuangan," katanya.

Dia menjelaskan, Agus menganggap bahwa tenda itu saksi hidup perjuangannya selama di padepokan.

Menurutnya, Agus memang sudah lebih tujuh bulan bertahan di padepokan dengan kondisi kekurangan.

Ia pun rela meninggalkan pekerjannya sebagai pedagang daging di daerah asalnya, termasuk meninggalkan keluargannya.

"Akhirnya Agus tidak kuat memperjuangkannya. Ia memilih pulang kampung sebelum Dimas Kanjeng ditangkap. Ia sudah tidak memikirkan uangnya," paparnya.

Ia pun mengalami hal yang sama. Ia merasakan bahwa hidup di tenda padepokan ini ibarat sebuah perjuangan mencapai kesuksesan.

Namun, ia mengaku bahwa titik kesuksesannya ini terlalu panjang dan berliku. Bahkan, ia pun tidak memiliki gambaran apa yang ada di depannya.

Halaman
12
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas